Senin, 18 Agustus 2014

JENIS PENELITIAN PENDIDIKAN



BAB  II
PEMBAHASAN
A.    Jenis–jenis atau ragam Penelitian
Klasifikasi jenis penelitian sebetulnya relatif sangat beragam dan tergantung dari aspek mana penelitian tersebut diklasifikasikan. Ketiadaan kesepakatan dalam pengklasifikasian tersebut bertolak dari adanya perbedaan sudut pandang dari para ahli dalam mengawali fokus pengklasifikasiannnya sejalan dengan aspek kepentingan pengklasifikasian penelitian itu sendiri. Pengklasifikasian jenis-jenis penelitian ini sebenarnya hanya sebuah upaya untuk mengklasifikasikan penelitian yang sudah ada yang bertujuan untuk memudahkan bagi kita.[1] Di dalam makalah ini penulis akan menggunakan lima klasifikasi bagi penelitian, yaitu:
B.     Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan
1.    Penelitian Eksplorasi
Penelitian eksplorasi adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk menemukan ilmu (pendidikan ) dan masalah masalah yang baru dalam bidang pendidikan.ilmu pendidikan dan masalah masalah yang diperlukan melalui penelitian pendidikan benar benar baru  dan belum pernah diketahui sebelumnya. Misalnya,suatu penelitian telah menghasilkan profil atau kriteria kepemimpinan efektif dalam manejemen berbasis sekolah,atau penelitian tentang suatu metode atau prosedur baru dalam pembelajaran bahasa inggris yang menyenangkan peserta didik.
2.      Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk mengembangkan ilmu (pendidikan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan, memperdalam atau memperluas ilmu (pendidikan) yang telah ada. Misalnya, penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPS yang sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IPA atau penelitian tentang sistem penjaminan mutu (Quality asurance) dalam organisasi/satuan pendidikan yang sebelumnya telah berhasil diterapkan dalam organisasi bisnis atau perusahaan.
3.      Penelitian Verifikasi
Penelitian ini adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk menguji kebenaran ilmu-ilmu (pendidikan) yang telah ada, baik berupa konsep, prinsip, prosedur, dalil maupun praktek pendidikan itu sendiri. Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau masalah-masalah ilmu pendidikan.
Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan, atau penelitian yang dilakukan untuk menguji efektifitas model-model pembelajaran yang telah ada dalam mata pelajaran tertentu.
C.    Jenis Penelitian Berdasarkan Pendekatan
1.      Penelitian Kuantitatif (quantitative research)
Penelitian kuantitatif ini adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik pengukuraan yang cermat terhadap varaiabel-variabel tertentu, sehingga mengasilkan simpulan simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan terutama untuk mengembangkan teori dalam suatu disiplin ilmu. Penggunaan pengkuran disertai analisis secara statis di dalam penellitian mengimplikasikan bahwa penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
2.      Penelitian Kuliatatif (Qualitative Research)
Penelitian kualitatif[2] ini adalah penelitian untk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakuukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu, peneliti harus terjun dalam lapangan dengan waktu yang cukup lama.
3.      Penelitian Perkembangan (Developmental Reseach)
Penelitian perkembangan ini adalah suatu kajian tentang pola dan urutan pertumbuhan dan / atau perubahan sebagai fungsi waktu. Objek penelitiannya adalah perubahan atau kemajuan yang dicapai oleh individu, seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, dan unit-unit pendidikan lainnya. Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan individu dalam kurun waktu tertentu.
Penelitian perkembangan terdiri dari tiga jenis.
a.       Studi alur panjang (longitudinal)
Studi ini mempelajari pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan individu yang sama, perkembangan yang berbeda dalam waktu yang cukup lama (jangka panjang)
b.      Studi silang-sekat (cross-selectional)
Studi ini mengkaji tentang pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan yang terjadi pada individu pada tingkat atau kelompok usia tertetu dengan waktu yang cukup singkat (jangka pendek). Peneliti tidak perlu mengamati individu teralu lama karena dapat diganti dengan subjek baru dari berbagai kelompok/tingkat usia. Untuk menarik simpulan, peneliti tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama. Misalnya, meneliti tentang kemampuan berbahasa Indonesia pada peserta didik di kelas satu saja atau di kelas dua saja, dan seterusnya.
c.       Studi kecenderungan (ternd)
Studi ini bertujuan untuk menentukan bentuk perubahan di masa lampau agar dapat memprediksi bentuk perubahan di masa datang. Fungsi studi ini adalah memprediksi kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
D.    Jenis Penelitian Berdasarkan Tempat
1.      Penelitian Kepustakaan (libarary research), yaitu penelitian yang dilaksanakan di perpustakaan.
2.      Penelitian laboratrium (laboratory research), yaitu penelitian yang dilaksanakan di laboratorium. Penelitian ini sering digunakan dalam penelitian eksperimen.
3.      Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian ang dilaksanakan di suatu tempat, dan tempat itu diluar perpustakaan dan laboratorium.
E.     Jenis Penelitian Berdasarkan Fungsi
1.      Penelitian Dasar (basic/fundamental research)
Penelitian dasar[3] adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menemukan dan mengembangkan konsep-konsep, prinsip, generalisasidan teori baru. Tujuan penelitian dasar adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip dan hukum-hukum ilmiah, meningkatkan penyelidikan dan metodologi ilmiah. Penelitian ini tidak diarahkan untuk memecahkan masalah praktis, tetapi teori yang dihasilkan dapat mendasari pemecahan masalah praktis.
2.      Penelitian Terapan (applied research)
Penelitian terapan dilakukan berkenaan dengan pemecahan masalah dan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Fungsi penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Tujuan penelitian terapan tidak semata-mata untuk mengembangkan wawaasan keilmuan, tetapi juga untuk pemecahan masalah praktis, sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan.
3.      Penelitian Tindakan (action research)
Penelitian ini adalah suatu bentuk penelitian refleksi-diri melalui tindakan nyata dalam situasi yang sebenarnya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki proses dan peahaman tentang praktik-praktik pendikan secara utuh, mengembangkan profesional, dan meningkatkan hasil kegiatan. Tujuan penelitian ini menunjukkan implikasi yang harus diperhatikan. Pertama, penelitian tindakan harus dilakukan secara ilmiah sesuai konsep penelitian ilmiah. Kedua, harus meliatkan kelompok partsipan sehingga dapat dilakukan kolaborasi. Ketiga, harus dilakukan untuk memperbaiki praktik pendidikan seperti ketrampilan mengajar. Keempat, harus dilakukan untuk acuan melakukan refleksi diri.
Aspek pokok penelitian tindakan ini ada tiga, yaitu:
a)      Untuk memperbaiki praktik
b)      Untuk mengembangkan kemampuan profesional dalam arti mengembangkan pemahaman dan ketrampilan baru para praktisi dalam praktik yang dilaksanakan
c)      Untuk memperbaiki keadaan atau situasi tersebut dilaksanakan.
Inti dari penelitian tindakan ini adalah menekankan pada tindakan dalam praktik atau situasi nyata yang terbatas, sehingga diharapkan dari tindakan tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.
4.      Penelitian Penilaian (assessment research)
Penelitian penilaian adalah penelitian yang dilakukan untuk menentukan perubahan atau perbaikan perilaku individu setelah menjalani suatu perlakuan dengan waktu dan program tertentu.
5.      Penelitian Evaluasi (evaluation research)
Penelitian evaluasi merupakan bagian dari penelitian terapan, tetapi tujuannya dapat dibedakan dengan penelitian terapan. Penelitian evaluatif adalah penelitian yang digunakan untuk penilaian keberhasilan, manfaat, kegunaan, sumbangan, dan kelayakan suatu program, produk, atau kegiatan suatu lembaga berdasarkan kreteri tertentu. Manfaat penelitian ini antara lain adalah dapat menambah waawasan tentang suatu kegiatan dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut, serta membantu para pimpinan untuk melakukan kebijakan.
Penelitian evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan rencana. Jadi bisa dikatakan juga penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi, yang merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi.
6. Penelitian Komparatif
Studi komparatif (comparative study) atau studi kausal komparatif (causal comparative studi) merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variable tertentu. Tujuan penelitian komparatif adalah untuk melihat perbedaan dua atau lebih situasi, peristiwa, kegiatan, atau program yang sejenis atau hampir sama yang melibatkan semua unsur atau komponennya. Analisis penelitian dilakukan terhadap persamaan dan perbedaan dalam perencanaan, pelaksanaan, factor-faktor pendukung hasil. Hasil analisis perbandingan dapat menemukan unsure-unsur atau factor-faktor penting yang melatarbelakangi persamaan dan perbedaan.
Jika suatu yang dibandingkan itu tentang situasi atau kejadian, maka unsure-unsur atau komponen yang dianalisis sedikit berbeda, seperti deskripsi situasi atau kronologis kejadian, kompleksitas situasi atau intensitas kejadian, factor-faktor penyebab dan akibat-akibatnya. Dari analisis tersebut juga akan dapat ditemukan factor-faktor dominan yang melatarbelakangi atau diakibatkan oleh suatu situasi atau kejadian.
Penelitian komparatif dapat digunakan jika: (a) metode eksperimental yang dianggap lebih kuat tidak memungkinkan untuk dilakukan, (b) penelitian tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi factor-faktor yang penting untuk mempelajari hubungan sebab-akibat secara langsung, (c) pengontrolan terhadap seluruh variable (kecuali variable bebas) sangat tidak realistis dan terlalu dibuat-buat, serta mencegah interaksi secara normal dengan variabel-variabel lain yang berpengaruh, dan (d) pengontrolan di laboratorium untuk beberapa tujuan penelitian dianggap tidak praktis, mahal, atau secara etika dipertanyakan.
7. Penelitian Korelasional
Penelitian ini mempelajari hubungan dua variable atau lebih, yakni hubungan variasi dalam satu variabel dengan variasi dalam variabel lain. Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks yang dinamai koefisien korelasi. Penelitian korelasional dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antarvariabel atau untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian korelasional bertujuan untuk menguji hipotesis yang dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien kolerasi (r) antara variabel-variabel tersebut, agar dapat ditentukan variabel-variabel mana yang berkolerasi. Misalnya, peneliti ingin mengetahui variabel-variabel yang berhubungan dengan kompetensi professional guru. Semua variabel yang ada kaitannya, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, mata pelajaran yang diampu, dan lain-lain diukur, lalu dihitung koefisien korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat hubungannya dengan kompetensi professional guru.
            Karakteristik penelitian korelasional yaitu:
a.       Adanya hubungan dua variabel atau lebih
b.      Adanya koefisien korelasi, yang menunjukkan tinggi rendahnya hubungan
c.       Tidak ada perlakuan (treatmean) khusus
d.      Dan data yang diperoleh bersifat kuantitatif.
Penelitian korelasional memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (a) hanya mengidentifikasi hubungan antar variabel, bukan mengidentifikasi hubungan sebab-akibat, (b) kurang tertib dan ketat jika dibandingkan dengan metode eksperimental karena kurang melakukan control terhadap variabel-variabel bebasnya, (c) cenderung mengidentifikasi pola hubungan semu yang kurang reliable dan valid, (d) pola hubungan sering tidak menentu dan kabur, (e) sering memberikan rangsangan penggunaannya semacam pendekatan “shot gun”, yaitu memasukkan data tanpa pandang bulu dari sumber yang beragam dan memberikan interprestasi yang bermakna atau yang berguna.
Penelitian korelasi dapat digunakan jika: (a) variabel-variabel yang diteliti cukup rumit, tidak dapat dimanipulasi dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental, (b) ingin mengukur beberapa variabel yang saling berhubungan secara serentak dan realistic, (c) ingin mengetahui eratnya hubungan atau tinggi rendahnya hubungan antar variabel, dan (d) jumlah subjek tidak terlalu banyak.
Kekuatan korelasi antara berbagai variabel penelitian ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang angkanya bervariasi antara -1 sampai +1. Koefisien korelasi diperoleh melalui perhitungan statistik berdasarkan kumpulan data hasil pengukuran dari setiap variabel. Koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan yang berbanding lurus atau kesejajaran, sedangkan koefisien korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik atau ketidaksejajaran. Angka 0 (nol) untuk koefisien korelasi menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel. Semakin besar koefisien korelasi (positif ataupun negative), maka sekamin besar kekuatan hubungan antar-variabel.
Terdapat tiga makna penting dari suatu variabel, yaitu:
a.       Kekuatan hubungan antar variabel
b.      Signifikansi statistic hubungan kedua variabel tersebut
c.       Dan arah korelasi
Kekuatan hubungan dapat dilihat dan besar kecilnya indeks korelasi.
8. Penelitian Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu, kelompok atau lembaga yang dianggap memiliki atau mengalami kasus tertentu. Tujuan penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara mendalam dan sistematis dalam kurun waktu cukup lama tentang sesuatu kasus sehingga dapat dicari alternatif pemecahannya. Mendalam, artinya mengungkap dan menggali data secara mendalam dan menganalisis secara intensif factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan itu? Apa yang dia lakukan setiap harinya? Bagaimana hubungan sosial dia dengan teman-temannya? Factor-faktor apa yang mempengaruhi tindakannya tersebut?
Karakteristik penelitian studi kasus: (a) menyelidiki suatu kasus atau masalah secara mendalam dan sistematis, (b) menghasilkan suatu gambaran yang lengkap yang terorganisasi dengan baik, (c) lingkup masalah dapat mencakup keseluruhan aspek kehidupan atau hanya bagian-bagian tertentu dan factor-faktor yang spesifik saja, tergantung tujuan studi, (d) sekalipun studi ini hanya menganalisis unit-unit kecil dan spesifik tetapi dapat melibatkan variabel-variabel dan kondisi-kondisi yang besar, (e) adanya suatu target, yaitu untuk memecahkan masalah, dan (f) pada umumnya menggunakan pendekatan longitudinal.
Contoh isu-isu dalam suatu kasus yakni peserta didik jarang masuk sekolah, guru tidak disiplin dalam mengajar, peserta didik tidak naik kelas, peserta didik sering tidur didalam kelas, dan lain-lain. Disini, peneliti perlu mencari data berkenaan dengan pengalaman subjek pada masa lalu, sekarang, lingkungan yang membentuknya, dan factor-faktor penyebab munculnya kasus tersebut. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti teman, pimpinan (kepala sekolah), guru, orang tua, termasuk subjek itu sendiri. Teknik memperoleh data sangat komprehensif seperti observasi perilakunya, wawancara, studi dokumentasi, tes, dan lain-lain tergantung pada kasus yang dipelajari. Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, jika perlu dibahas atau didiskusikan dengan peneliti lain sebelum menarik simpulan-simpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu tersebut. Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif.
Keunggulan yaitu: (a) peneliti dapat mempelajari subjek secara mendalam dan menyeluruh, (b) hasil studi dapat dijadikan informasi awal untuk perencanaan penelitian yang lebih besar dan luas, (c) karena dilakukan secara intensif, studi ini memberikan penjelasan terhadap variabel-variabel penting, proses-proses, dan interaksi-interaksi yang memerlukan perhatian lebih intensif, (d) hasil studi kasus dapat melengkapi contoh-contoh yang berguna untuk mengilustrasikan penemuan-penemuan yang digeneralisasikan secara statistik.
Kelemahan-kelemahan: (a) data yang diperoleh sifatnya subjektif, maksudnya hanya berlaku untuk individu yang bersangkutan, (b) hasil studi tidak dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain, (c) karena focus studi terbatas pada unit-unit yang kecil, studi-studi kasus dibatasi dalam keterwakilannya, (d) generalisasi informasi sangat terbatas penggunaannya, sehingga tidak berlaku terhadap populasi sampai ada penelitian lanjutan yang melengkapi studi tersebut, (e) pemilihan kasus itu sendiri lebih kepada sifat dramatiknya daripada sifat atau cirri kasus itu sendiri, atau dipilih karena cocok dengan konsep peneliti sebelumnya, (f) jika hanya menempatkan data pada satu konteks tertentu tanpa melihat konteks yang lain, maka penafsiran subjektif dari peneliti dapat mempengaruhi hasil studi, dan  (g) studi kasus tidak dapat menguji hipotesis, tetapi dapat melahirkan hipotesis untuk penelitian lebih lanjut.
9. Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)
Penelitian dan pengembangan adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau  menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran dikelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran dikelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem manajemen, dan lain-lain. Metode  penelitian ini dianggap cukup ampuh untuk memperbaiki praktik.
Penelitian pendidikan pada umumnya jarang diarahkan pada pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan fenomena-fenomena yang bersifat fundamental, serta praktik-praktik pendidikan. Penelitian dan pengembangan merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dan penelitian terapan. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, terdapat beberapa metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif, evaluative, dan eksperimental.
Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. Kondisi yang ada mencakup: (a) kondisi produk-produk yang sudah ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar (embrio) produk yang akan dikembangkan, (b) kondisi pihak pengguna (dalam bidang pendidikan misalnya sekolah, guru, kepala sekolah, siswa, serta pengguna lainnya), (c) kondisi factor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan dihasilkan, mencakup unsure pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, pengelolaan, dan lingkungan pendidikan tempat produk tersebut akan diterapkan.
Metode evaluative, digunakan untuk mengevaluasi produk dalam proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk penelitian dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan pada setiap kegiatan uji coba diadakan evaluasi, baik itu evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan hasil uji coba diadakan penyempurnaan (revisi model).
Metode eksperimental, digunakan untuk menguji keampuhan produk yang dihasilkan. Walaupun dalam tahap uji coba telah ada pengukuran, pengukuran tersebut masih dalam rangka pengembangan produk, belum ada kelompok pembanding. Dalam eksperimen telah diadakan pengukuran selain pada kelompok eksperimen juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak atau random. Pembandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok tersebut dapat menunjukkan tingkat keampuhan dan produk yang dihasilkan.




D.    Jenis-jenis penelitian berdasarkan metode
1.      Penelitian sejarah
Pada dasarnya, penelitian sejarah  merupaka expost facto research di bawah payung qualitative research. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak dapat dilakukan manipulasi atau kontrol terhadap variabel, sebagaimana jenis-jenis penelitian di bawah payung quantative research. Penelitian sejarah memfokuskan kajiannya terhadap fenomena, peristiwa atau perkembangan yang terjadi pada masa lampau. Tujuannya yakni untuk :
(a) mendeskripsikan dan merekontruksi fenomena masa lampau secara sistematis, obyektif dan rasional dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti secara faktual untuk memperoleh simpulan yang kuat.
(b) meningkatkan pemahaman dan memperkaya wawasan kita tentang fenomena di masa lalu dan bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, serta kemungkinan-kemungkinan penerapannya pada masa yang akan datang.
Sehubungan dengan penelitian sejarah, John W. Best (1997) menjelaskan sejarah merupakan “rekaman” prestasi manusia. Ia bukan semata-semata daftar rangkaian peristiwa secara kronologis, melainkan suatu deskripsi berbagai hubungan yang benar-benar manunggal antara manusia, peristiwa, waktu dan tempat. Tidak semmua orang bisa dijadikan  subjek penelitian sejarah tanpa diperhitungkan juga interaksinya dengan gagasan-gagasan, gerakan-gerakan, atau instuisi-instuisi yang hidup pada jamannya.
Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis meskipun hipotesis tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Biasanya sejarahwan menyimpulkan bukti-bukti dan secara cermat menilai kepercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya, maka hipotesis tersebut teruji. Sumber data yang dapat digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
(a)    sumber primer, (a.1) sumber yang diperoleh secara langsung dari objek peninggalan masa lampau, seperti : candi, istana, senjata, dsb. (a.2) cerita, penuturan, dan catatan dari para saksi mata ketika peristiwa tersebut terjadi, seperti : undang-undang, piagam, otobiografi, dsb.
(b)   Sumber sekunder  adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui bahan-bahan/dokumen tertulis, seperti : ensiklopedia, buku, majalah, koran, dsb.
Sumber informasi dalam penelitian sejarah dapat dikelompokkan menjadi empat bagian :
(a)    dokumen, yaitu materi yang tertulis dalam bentuk buku, majalah, koran, dsb.
(b)   Rekaman yang bersifat numerik, yaitu rekaman yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk data numerik, misalnya skor tes, laporan sensus, dsb.
(c)    Pernnyataan lisan, yaitu melakukan wawancara dengan orang yang merupakan saksi saat peristiwa lalu terjadi. Ini merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah yang disebut oral history.
(d)   Relief, yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi tentang peristiwa masa lalu. Contohnya, monumen, peralatan, pakaian, dsb.
Untuk menjamin kebenaran informasi yang ada, terutama dalam data sekunder perlu diadakan external critism maupun internal critism. Dalam external critism dikaji tentang siapa yang menulis dokumen, apa tujuan penulisan dokumen tersebut, kapan dan dimana dokumen itu dibuat, dalam kondisi yang bagaimana dokumen itu ditulis, apakah dokumen tersebut merupakan naskah asli, dan seterusnya. Untuk menetapkan umur satu dokumen, peneliti dapat meibatkan unsur-unsur penting, seperti pengujian tnda tangan, bentuk huruf, penggunaan bahasa dan termasuk juga uji fisik  dan kimiawi atas tinta, cat, kertas, dsb. Dalam internal critism dikaji, misalnya apa yang  dimaksudkan oleh pengarang dalam pernyataannya, apakah pernyataannya tersebut dapat dipercaya, apakah terlihat konsistensi antara pernyataan yang satu dengan yang lainnya, dsb. Peneliti sejarah harus benar-benar yakin bahwa datanya autentik dan akurat, sehingga dapat memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang berharga untuk ditelaah secara serius.
Karakteristik penelitian sejarah, yaitu :
(a)    Menggunakan data sekunder, data yang diobservasi oleh orang lain.
(b)   Hanya mengumpulkan informasi, karena itu jika tidak dilakukan ekstra hati-hati, informasi tersebut kurang valid dan reliabel, berat sebelah dan bias.
(a)    Selain data sekunder, ada juga data primer yang dikumpulkan melalui pengamatan melalui pengamatan secara langsung. Diantara kedua data tersebut, data primer dianggap memiliki otoritas yang kuat sebagai bukti tangan pertama dan diberi prioritas dalam pengumpulan data.
(b)   Terdapat dua jenis kritik yang digunakan untuk menentukan nilai atau bobot data yakni: kritik eksternal dan kritik internal.
(c)    Dibandingkan dengan penelitian perpustakaan, pendekatan sejarah lebih tuntas, mencari informasi dari sumber yang lebih luas.
Menurut Fraenkel dan Wallen (1990), ada empat langkah pokok dalam penelitian sejarah, yaitu merumuskan masalah, menemukan sumber-sumber informasi sejarah yang relevan, meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut, serta mempresentasikan dan menginterpretasikan informasi-informasi tersebut yang dihubungkan dengan masalah atau pertanyaan dalam penelitian. Langkah-langkah ini dapat diuraikan lagi menjadi beberapa tahap, dan setiap tahap terdiri atas langkah-langkah operasional sebagai berikut :
Tahap pertama : persiapan penelitian
Pada tahap ini biasanya peneliti menyusun desain penelitian, yang meliputi: memilih dan merumuskan masalah, menetapkan tujuan penelitian, menjelaskan manfaat hasil penelitian, merumuskan asumsi, memilih pendekatan penelitian, menentukan langkah-langkah kegiatan penelitian, menyusun instrumen dan pedoman analisis data.
            Tahap kedua : pelaksanaan penelitian
                        Pelaksanaan penelitian sejarah dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Heuristik (pengumpulan data)
b.      Kritik (verifikasi)
c.       Interpretasi (penafsiran)
d.      Histiriograf (penulisan sejarah)
Tahap ketiga : penyusuna laporan hasil penelitian
2.      Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan dan menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini. Pola-pola penelitian deskriptif ini antara lain : survey, studi kasus, causal-comparative, korelasional, dan pengembangan. Tujuannya adalah untuk (a) menjelaskan suatu fenomena, (b) mengumpulkan informasi yang bersifat aktual dan fuktual berdasarkan fenomena yang ada, (c) mengidentifikasi masalah-masalah atau melakukan justifikasi kondisi-kondisi dan praktik-praktik yang sedang berlangsung, (d) membuat perbandingan dan evaluasi, dan (e) mendeterminasi apa yang dikerjakan orang lain apabila memiliki masalah atau situasi yang sama dan memperoleh keuntungan dari pengalaman mereka untuk membuat rencana dan keputusan di masa yang akan datang.
3.      Penelitian eksperimen
Penelitian ekperimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Bentuk penelitian eksperimen menurut Tuckman (1982) ada 4 jenis, yaitu pre experimental, true experimental, factorial, dan quasi experimental. Berbeda dengan Tuckman, Sukmadinata (2009) dalam bukunya menyatakan bahwa penelitian eksperimen berdasarkan variasinya terdiri dari penelitian ekperimen murni (true experimental), eksperimen kuasi (quasi experimental), eksperimen lemah (weak experimental) dan eksperimen subjek tunggal (single subject experimental).
Eksperimen murni merupakan metode eksperimen yang paling mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarat eksperimen. Dalam eksperimen murni, kecuali variabel independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, semua variabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang sama). Sedangkan pada eksperimen semu (quasi experimental) pengontrolan variabel hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.
Eksperimen lemah merupakan metode penelitian eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen, tetapi tidak ada pengontrolan variabel sama sekali. Eksperimen ini sangat lemah kadar validitasnya. Eksperimen jenis ke empat adalah eksperimen subjek tunggal. Eksperimen subjek tunggal merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Dalam pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen murni, kuasi dan lemah belaku.

4.      Penelitian survey
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1998). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Survey adalah suatu desain yang digunaan untuk penyelidikan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu popilasi. Pada survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang,pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Penggalian data melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab langsung atau melalui telepon, sms, e-mail maupun dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara dapat dilakukan juga melalui telepon, video confeence maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari survey ini adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik jika dilaksanakan analisa secara bertahap.
Pada umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data. Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample besar, semakin hasilnya mencerminkan populasi. Penelitian survey dapat digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan (eksplanatory) yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, evaluasi, prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan dating, penelitian operational dan pengembangan indikaor-indikator social.[4]

5.      Penelitian ekspos fakto
Penelitian ekspos fakto (after the fact) merupakan penelitian yang dilakukan terhadap suatu kejadian yang telah berlangsung. Jenis penelitian ini disebut juga sebagai restropective study karena meneusuri kembali terhadap suatu peristiwa dan kemudian menelusuri ke belakang untuk menyelidiki faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ini dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami. Penelitian ini merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau tidak dlakukan pada saat penelitian berlangsung.
Dalam beberapa hal penelitian ekspos fakto dapat dianggap sebagai kebalikan dari penelitian eksperimen atau sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang sama, kemudian diberi perlakuan yang berbeda.




[1] Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktek. Penerbit Rineka Cipta,
Yogyakarta. Bab II: “Ragam Penelitian”, hal. 8-13.
[2] Muhadjir, Noeng. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Rake Sarasin, Yogyakarta. Hal. 13-
34.
[3] Arifin Zainal, 2012, Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rodaskarya
[4] Suriasumantri, Yuyun S. 1978. Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan tentang Hakekat
Ilmu. Penerbit Yayasan Obor Indonesia dan Leknas-LIPI, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar