BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis–jenis atau
ragam Penelitian
Klasifikasi jenis penelitian sebetulnya relatif sangat
beragam dan tergantung dari aspek mana penelitian tersebut diklasifikasikan.
Ketiadaan kesepakatan dalam pengklasifikasian tersebut bertolak dari adanya
perbedaan sudut pandang dari para ahli dalam mengawali fokus
pengklasifikasiannnya sejalan dengan aspek kepentingan pengklasifikasian
penelitian itu sendiri. Pengklasifikasian jenis-jenis penelitian ini sebenarnya
hanya sebuah upaya untuk mengklasifikasikan penelitian yang sudah ada yang
bertujuan untuk memudahkan bagi kita.[1]
Di dalam makalah ini penulis akan menggunakan lima klasifikasi bagi penelitian,
yaitu:
B.
Jenis
Penelitian Berdasarkan Tujuan
1. Penelitian
Eksplorasi
Penelitian eksplorasi
adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk menemukan ilmu (pendidikan )
dan masalah masalah yang baru dalam bidang pendidikan.ilmu pendidikan dan
masalah masalah yang diperlukan melalui penelitian pendidikan benar benar baru dan belum pernah diketahui sebelumnya.
Misalnya,suatu penelitian telah menghasilkan profil atau kriteria kepemimpinan
efektif dalam manejemen berbasis sekolah,atau penelitian tentang suatu metode
atau prosedur baru dalam pembelajaran bahasa inggris yang menyenangkan peserta
didik.
2. Penelitian
Pengembangan
Penelitian pengembangan
adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk mengembangkan ilmu (pendidikan)
yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan, memperdalam atau
memperluas ilmu (pendidikan) yang telah ada. Misalnya, penelitian tentang
implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPS yang sebelumnya telah
digunakan dalam pembelajaran IPA atau penelitian tentang sistem penjaminan mutu
(Quality asurance) dalam organisasi/satuan pendidikan yang sebelumnya telah
berhasil diterapkan dalam organisasi bisnis atau perusahaan.
3. Penelitian
Verifikasi
Penelitian ini adalah
jenis penelitian yang dilaksanakan untuk menguji kebenaran ilmu-ilmu
(pendidikan) yang telah ada, baik berupa konsep, prinsip, prosedur, dalil
maupun praktek pendidikan itu sendiri. Data penelitian yang diperoleh digunakan
untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau masalah-masalah ilmu
pendidikan.
Misalnya, suatu
penelitian dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh kecerdasan emosional
terhadap gaya kepemimpinan, atau penelitian yang dilakukan untuk menguji
efektifitas model-model pembelajaran yang telah ada dalam mata pelajaran
tertentu.
C.
Jenis
Penelitian Berdasarkan Pendekatan
1. Penelitian
Kuantitatif (quantitative research)
Penelitian kuantitatif
ini adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik
pengukuraan yang cermat terhadap varaiabel-variabel tertentu, sehingga
mengasilkan simpulan simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks
waktu dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif.
Penelitian kuantitatif
banyak digunakan terutama untuk mengembangkan teori dalam suatu disiplin ilmu.
Penggunaan pengkuran disertai analisis secara statis di dalam penellitian
mengimplikasikan bahwa penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
2. Penelitian
Kuliatatif (Qualitative Research)
Penelitian kualitatif[2]
ini adalah penelitian untk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman
secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakuukan
secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya
manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses
penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap orang dalam
kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya dalam
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu,
peneliti harus terjun dalam lapangan dengan waktu yang cukup lama.
3. Penelitian
Perkembangan (Developmental Reseach)
Penelitian perkembangan
ini adalah suatu kajian tentang pola dan urutan pertumbuhan dan / atau
perubahan sebagai fungsi waktu. Objek penelitiannya adalah perubahan atau
kemajuan yang dicapai oleh individu, seperti peserta didik, guru, kepala
sekolah, dan unit-unit pendidikan lainnya. Tujuan peelitian ini adalah untuk
mengetahui perkembangan individu dalam kurun waktu tertentu.
Penelitian perkembangan
terdiri dari tiga jenis.
a. Studi
alur panjang (longitudinal)
Studi ini mempelajari
pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan individu yang sama, perkembangan yang
berbeda dalam waktu yang cukup lama (jangka panjang)
b. Studi
silang-sekat (cross-selectional)
Studi ini mengkaji
tentang pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan yang terjadi pada individu
pada tingkat atau kelompok usia tertetu dengan waktu yang cukup singkat (jangka
pendek). Peneliti tidak perlu mengamati individu teralu lama karena dapat
diganti dengan subjek baru dari berbagai kelompok/tingkat usia. Untuk menarik
simpulan, peneliti tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama. Misalnya,
meneliti tentang kemampuan berbahasa Indonesia pada peserta didik di kelas satu
saja atau di kelas dua saja, dan seterusnya.
c. Studi
kecenderungan (ternd)
Studi ini bertujuan untuk
menentukan bentuk perubahan di masa lampau agar dapat memprediksi bentuk
perubahan di masa datang. Fungsi studi ini adalah memprediksi kecenderungan
yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
D.
Jenis
Penelitian Berdasarkan Tempat
1. Penelitian
Kepustakaan (libarary research), yaitu penelitian yang dilaksanakan di perpustakaan.
2. Penelitian
laboratrium (laboratory research), yaitu penelitian yang dilaksanakan di
laboratorium. Penelitian ini sering digunakan dalam penelitian eksperimen.
3. Penelitian
lapangan (field research), yaitu penelitian ang dilaksanakan di suatu tempat,
dan tempat itu diluar perpustakaan dan laboratorium.
E.
Jenis
Penelitian Berdasarkan Fungsi
1. Penelitian
Dasar (basic/fundamental research)
Penelitian dasar[3]
adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menemukan dan mengembangkan
konsep-konsep, prinsip, generalisasidan teori baru. Tujuan penelitian dasar
adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip dan hukum-hukum ilmiah,
meningkatkan penyelidikan dan metodologi ilmiah. Penelitian ini tidak diarahkan
untuk memecahkan masalah praktis, tetapi teori yang dihasilkan dapat mendasari
pemecahan masalah praktis.
2. Penelitian
Terapan (applied research)
Penelitian terapan
dilakukan berkenaan dengan pemecahan masalah dan kenyataan-kenyataan praktis,
penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian
dasar dalam kehidupan nyata. Fungsi penelitian ini adalah untuk memecahkan
masalah-masalah praktis. Tujuan penelitian terapan tidak semata-mata untuk
mengembangkan wawaasan keilmuan, tetapi juga untuk pemecahan masalah praktis,
sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan.
3. Penelitian
Tindakan (action research)
Penelitian ini adalah
suatu bentuk penelitian refleksi-diri melalui tindakan nyata dalam situasi yang
sebenarnya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki proses dan peahaman tentang
praktik-praktik pendikan secara utuh, mengembangkan profesional, dan
meningkatkan hasil kegiatan. Tujuan penelitian ini menunjukkan implikasi yang
harus diperhatikan. Pertama, penelitian
tindakan harus dilakukan secara ilmiah sesuai konsep penelitian ilmiah. Kedua, harus meliatkan kelompok
partsipan sehingga dapat dilakukan kolaborasi. Ketiga, harus dilakukan untuk memperbaiki praktik pendidikan
seperti ketrampilan mengajar. Keempat, harus
dilakukan untuk acuan melakukan refleksi diri.
Aspek pokok penelitian
tindakan ini ada tiga, yaitu:
a)
Untuk
memperbaiki praktik
b)
Untuk
mengembangkan kemampuan profesional dalam arti mengembangkan pemahaman dan
ketrampilan baru para praktisi dalam praktik yang dilaksanakan
c)
Untuk
memperbaiki keadaan atau situasi tersebut dilaksanakan.
Inti dari penelitian tindakan ini adalah
menekankan pada tindakan dalam praktik atau situasi nyata yang terbatas,
sehingga diharapkan dari tindakan tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan
mutu pembelajaran.
4. Penelitian
Penilaian (assessment research)
Penelitian penilaian
adalah penelitian yang dilakukan untuk menentukan perubahan atau perbaikan
perilaku individu setelah menjalani suatu perlakuan dengan waktu dan program
tertentu.
5. Penelitian
Evaluasi (evaluation research)
Penelitian evaluasi
merupakan bagian dari penelitian terapan, tetapi tujuannya dapat dibedakan
dengan penelitian terapan. Penelitian evaluatif adalah penelitian yang
digunakan untuk penilaian keberhasilan, manfaat, kegunaan, sumbangan, dan
kelayakan suatu program, produk, atau kegiatan suatu lembaga berdasarkan
kreteri tertentu. Manfaat penelitian ini antara lain adalah dapat menambah
waawasan tentang suatu kegiatan dan dapat mendorong penelitian atau
pengembangan lebih lanjut, serta membantu para pimpinan untuk melakukan
kebijakan.
Penelitian evaluatif
menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi terhadap
sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan rencana. Jadi bisa
dikatakan juga penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi, yang merupakan kondisi nyata mengenai
keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi.
6.
Penelitian Komparatif
Studi komparatif (comparative study) atau studi
kausal komparatif (causal comparative studi) merupakan jenis penelitian yang
digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu
variable tertentu. Tujuan penelitian komparatif adalah untuk melihat perbedaan
dua atau lebih situasi, peristiwa, kegiatan, atau program yang sejenis atau
hampir sama yang melibatkan semua unsur atau komponennya. Analisis penelitian
dilakukan terhadap persamaan dan perbedaan dalam perencanaan, pelaksanaan,
factor-faktor pendukung hasil. Hasil analisis perbandingan dapat menemukan
unsure-unsur atau factor-faktor penting yang melatarbelakangi persamaan dan
perbedaan.
Jika suatu yang dibandingkan itu tentang situasi
atau kejadian, maka unsure-unsur atau komponen yang dianalisis sedikit berbeda,
seperti deskripsi situasi atau kronologis kejadian, kompleksitas situasi atau
intensitas kejadian, factor-faktor penyebab dan akibat-akibatnya. Dari analisis
tersebut juga akan dapat ditemukan factor-faktor dominan yang melatarbelakangi
atau diakibatkan oleh suatu situasi atau kejadian.
Penelitian komparatif dapat digunakan jika: (a)
metode eksperimental yang dianggap lebih kuat tidak memungkinkan untuk
dilakukan, (b) penelitian tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi
factor-faktor yang penting untuk mempelajari hubungan sebab-akibat secara
langsung, (c) pengontrolan terhadap seluruh variable (kecuali variable bebas)
sangat tidak realistis dan terlalu dibuat-buat, serta mencegah interaksi secara
normal dengan variabel-variabel lain yang berpengaruh, dan (d) pengontrolan di
laboratorium untuk beberapa tujuan penelitian dianggap tidak praktis, mahal,
atau secara etika dipertanyakan.
7. Penelitian Korelasional
Penelitian ini mempelajari hubungan dua variable
atau lebih, yakni hubungan variasi dalam satu variabel dengan variasi dalam
variabel lain. Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks
yang dinamai koefisien korelasi. Penelitian korelasional dapat digunakan untuk
menguji hipotesis tentang hubungan antarvariabel atau untuk menyatakan
besar-kecilnya hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian korelasional bertujuan untuk menguji
hipotesis yang dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung
koefisien kolerasi (r) antara variabel-variabel tersebut, agar dapat ditentukan
variabel-variabel mana yang berkolerasi. Misalnya, peneliti ingin mengetahui variabel-variabel
yang berhubungan dengan kompetensi professional guru. Semua variabel yang ada
kaitannya, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, mata
pelajaran yang diampu, dan lain-lain diukur, lalu dihitung koefisien
korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat hubungannya dengan
kompetensi professional guru.
Karakteristik
penelitian korelasional yaitu:
a. Adanya
hubungan dua variabel atau lebih
b. Adanya
koefisien korelasi, yang menunjukkan tinggi rendahnya hubungan
c. Tidak
ada perlakuan (treatmean) khusus
d. Dan
data yang diperoleh bersifat kuantitatif.
Penelitian korelasional memiliki beberapa kelemahan,
antara lain: (a) hanya mengidentifikasi hubungan antar variabel, bukan
mengidentifikasi hubungan sebab-akibat, (b) kurang tertib dan ketat jika
dibandingkan dengan metode eksperimental karena kurang melakukan control
terhadap variabel-variabel bebasnya, (c) cenderung mengidentifikasi pola
hubungan semu yang kurang reliable dan valid, (d) pola hubungan sering tidak
menentu dan kabur, (e) sering memberikan rangsangan penggunaannya semacam
pendekatan “shot gun”, yaitu memasukkan data tanpa pandang bulu dari sumber
yang beragam dan memberikan interprestasi yang bermakna atau yang berguna.
Penelitian korelasi dapat digunakan jika: (a) variabel-variabel
yang diteliti cukup rumit, tidak dapat dimanipulasi dan/atau tak dapat diteliti
dengan metode eksperimental, (b) ingin mengukur beberapa variabel yang saling
berhubungan secara serentak dan realistic, (c) ingin mengetahui eratnya
hubungan atau tinggi rendahnya hubungan antar variabel, dan (d) jumlah subjek
tidak terlalu banyak.
Kekuatan korelasi antara berbagai variabel
penelitian ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang angkanya bervariasi antara
-1 sampai +1. Koefisien korelasi diperoleh melalui perhitungan statistik
berdasarkan kumpulan data hasil pengukuran dari setiap variabel. Koefisien
korelasi positif menunjukkan hubungan yang berbanding lurus atau kesejajaran,
sedangkan koefisien korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik
atau ketidaksejajaran. Angka 0 (nol) untuk koefisien korelasi menunjukkan tidak
ada hubungan antar variabel. Semakin besar koefisien korelasi (positif ataupun
negative), maka sekamin besar kekuatan hubungan antar-variabel.
Terdapat tiga makna
penting dari suatu variabel, yaitu:
a. Kekuatan
hubungan antar variabel
b. Signifikansi
statistic hubungan kedua variabel tersebut
c. Dan
arah korelasi
Kekuatan
hubungan dapat dilihat dan besar kecilnya indeks korelasi.
8. Penelitian Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara
intensif seorang individu, kelompok atau lembaga yang dianggap memiliki atau
mengalami kasus tertentu. Tujuan penelitian studi kasus adalah untuk
mempelajari secara mendalam dan sistematis dalam kurun waktu cukup lama tentang
sesuatu kasus sehingga dapat dicari alternatif pemecahannya. Mendalam, artinya
mengungkap dan menggali data secara mendalam dan menganalisis secara intensif
factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut. Tekanan utama
dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan itu? Apa yang dia lakukan
setiap harinya? Bagaimana hubungan sosial dia dengan teman-temannya?
Factor-faktor apa yang mempengaruhi tindakannya tersebut?
Karakteristik penelitian studi kasus: (a)
menyelidiki suatu kasus atau masalah secara mendalam dan sistematis, (b)
menghasilkan suatu gambaran yang lengkap yang terorganisasi dengan baik, (c)
lingkup masalah dapat mencakup keseluruhan aspek kehidupan atau hanya
bagian-bagian tertentu dan factor-faktor yang spesifik saja, tergantung tujuan
studi, (d) sekalipun studi ini hanya menganalisis unit-unit kecil dan spesifik
tetapi dapat melibatkan variabel-variabel dan kondisi-kondisi yang besar, (e)
adanya suatu target, yaitu untuk memecahkan masalah, dan (f) pada umumnya
menggunakan pendekatan longitudinal.
Contoh isu-isu dalam suatu kasus yakni peserta didik
jarang masuk sekolah, guru tidak disiplin dalam mengajar, peserta didik tidak
naik kelas, peserta didik sering tidur didalam kelas, dan lain-lain. Disini,
peneliti perlu mencari data berkenaan dengan pengalaman subjek pada masa lalu,
sekarang, lingkungan yang membentuknya, dan factor-faktor penyebab munculnya
kasus tersebut. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti teman, pimpinan
(kepala sekolah), guru, orang tua, termasuk subjek itu sendiri. Teknik
memperoleh data sangat komprehensif seperti observasi perilakunya, wawancara,
studi dokumentasi, tes, dan lain-lain tergantung pada kasus yang dipelajari.
Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain,
jika perlu dibahas atau didiskusikan dengan peneliti lain sebelum menarik
simpulan-simpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan
oleh individu tersebut. Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif.
Keunggulan yaitu: (a) peneliti dapat mempelajari
subjek secara mendalam dan menyeluruh, (b) hasil studi dapat dijadikan
informasi awal untuk perencanaan penelitian yang lebih besar dan luas, (c)
karena dilakukan secara intensif, studi ini memberikan penjelasan terhadap
variabel-variabel penting, proses-proses, dan interaksi-interaksi yang
memerlukan perhatian lebih intensif, (d) hasil studi kasus dapat melengkapi
contoh-contoh yang berguna untuk mengilustrasikan penemuan-penemuan yang
digeneralisasikan secara statistik.
Kelemahan-kelemahan: (a) data yang diperoleh
sifatnya subjektif, maksudnya hanya berlaku untuk individu yang bersangkutan,
(b) hasil studi tidak dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang
lain, (c) karena focus studi terbatas pada unit-unit yang kecil, studi-studi
kasus dibatasi dalam keterwakilannya, (d) generalisasi informasi sangat
terbatas penggunaannya, sehingga tidak berlaku terhadap populasi sampai ada
penelitian lanjutan yang melengkapi studi tersebut, (e) pemilihan kasus itu
sendiri lebih kepada sifat dramatiknya daripada sifat atau cirri kasus itu
sendiri, atau dipilih karena cocok dengan konsep peneliti sebelumnya, (f) jika
hanya menempatkan data pada satu konteks tertentu tanpa melihat konteks yang
lain, maka penafsiran subjektif dari peneliti dapat mempengaruhi hasil studi,
dan (g) studi kasus tidak dapat menguji
hipotesis, tetapi dapat melahirkan hipotesis untuk penelitian lebih lanjut.
9. Penelitian dan
Pengembangan (Research and Development)
Penelitian dan pengembangan adalah rangkaian proses
atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada agar dapat
dipertanggungjawabkan.
Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware),
seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran dikelas atau di laboratorium,
tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk
pengolahan data, pembelajaran dikelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun
model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem
manajemen, dan lain-lain. Metode
penelitian ini dianggap cukup ampuh untuk memperbaiki praktik.
Penelitian pendidikan pada umumnya jarang diarahkan
pada pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan
baru berkenaan dengan fenomena-fenomena yang bersifat fundamental, serta
praktik-praktik pendidikan. Penelitian dan pengembangan merupakan metode
penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dan penelitian
terapan. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, terdapat beberapa
metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif, evaluative, dan eksperimental.
Metode deskriptif digunakan dalam
penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. Kondisi yang
ada mencakup: (a) kondisi produk-produk yang sudah ada sebagai bahan
perbandingan atau bahan dasar (embrio) produk yang akan dikembangkan, (b)
kondisi pihak pengguna (dalam bidang pendidikan misalnya sekolah, guru, kepala
sekolah, siswa, serta pengguna lainnya), (c) kondisi factor-faktor pendukung dan
penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan dihasilkan,
mencakup unsure pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya,
pengelolaan, dan lingkungan pendidikan tempat produk tersebut akan diterapkan.
Metode evaluative, digunakan untuk mengevaluasi
produk dalam proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk penelitian
dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan pada setiap kegiatan uji coba
diadakan evaluasi, baik itu evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan
temuan hasil uji coba diadakan penyempurnaan (revisi model).
Metode eksperimental, digunakan untuk menguji
keampuhan produk yang dihasilkan. Walaupun dalam tahap uji coba telah ada
pengukuran, pengukuran tersebut masih dalam rangka pengembangan produk, belum ada
kelompok pembanding. Dalam eksperimen telah diadakan pengukuran selain pada
kelompok eksperimen juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol.
Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak atau
random. Pembandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok tersebut dapat
menunjukkan tingkat keampuhan dan produk yang dihasilkan.
D. Jenis-jenis penelitian berdasarkan metode
1. Penelitian
sejarah
Pada dasarnya, penelitian sejarah merupaka expost facto research di
bawah payung qualitative research. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
tidak dapat dilakukan manipulasi atau kontrol terhadap variabel, sebagaimana
jenis-jenis penelitian di bawah payung quantative research. Penelitian sejarah
memfokuskan kajiannya terhadap fenomena, peristiwa atau perkembangan yang
terjadi pada masa lampau. Tujuannya yakni untuk :
(a)
mendeskripsikan dan merekontruksi fenomena masa lampau secara sistematis,
obyektif dan rasional dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi,
dan mensintesiskan bukti-bukti secara faktual untuk memperoleh simpulan yang
kuat.
(b)
meningkatkan pemahaman dan memperkaya wawasan kita tentang fenomena di masa
lalu dan bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, serta
kemungkinan-kemungkinan penerapannya pada masa yang akan datang.
Sehubungan dengan penelitian sejarah, John W. Best
(1997) menjelaskan sejarah merupakan “rekaman” prestasi manusia. Ia bukan
semata-semata daftar rangkaian peristiwa secara kronologis, melainkan suatu
deskripsi berbagai hubungan yang benar-benar manunggal antara manusia,
peristiwa, waktu dan tempat. Tidak semmua orang bisa dijadikan subjek penelitian sejarah tanpa
diperhitungkan juga interaksinya dengan gagasan-gagasan, gerakan-gerakan, atau
instuisi-instuisi yang hidup pada jamannya.
Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan
hipotesis meskipun hipotesis tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit.
Biasanya sejarahwan menyimpulkan bukti-bukti dan secara cermat menilai
kepercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya, maka
hipotesis tersebut teruji. Sumber data yang dapat digunakan dalam penelitian
ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
(a) sumber
primer, (a.1) sumber yang diperoleh secara langsung dari objek peninggalan masa
lampau, seperti : candi, istana, senjata, dsb. (a.2) cerita, penuturan, dan
catatan dari para saksi mata ketika peristiwa tersebut terjadi, seperti :
undang-undang, piagam, otobiografi, dsb.
(b) Sumber
sekunder adalah sumber data yang
diperoleh secara tidak langsung melalui bahan-bahan/dokumen tertulis, seperti :
ensiklopedia, buku, majalah, koran, dsb.
Sumber informasi dalam penelitian sejarah dapat
dikelompokkan menjadi empat bagian :
(a) dokumen,
yaitu materi yang tertulis dalam bentuk buku, majalah, koran, dsb.
(b) Rekaman
yang bersifat numerik, yaitu rekaman yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk
data numerik, misalnya skor tes, laporan sensus, dsb.
(c) Pernnyataan
lisan, yaitu melakukan wawancara dengan orang yang merupakan saksi saat
peristiwa lalu terjadi. Ini merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah yang
disebut oral history.
(d) Relief,
yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi
tentang peristiwa masa lalu. Contohnya, monumen, peralatan, pakaian, dsb.
Untuk
menjamin kebenaran informasi yang ada, terutama dalam data sekunder perlu
diadakan external critism maupun internal critism. Dalam external
critism dikaji tentang siapa yang menulis dokumen, apa tujuan penulisan dokumen
tersebut, kapan dan dimana dokumen itu dibuat, dalam kondisi yang bagaimana
dokumen itu ditulis, apakah dokumen tersebut merupakan naskah asli, dan
seterusnya. Untuk menetapkan umur satu dokumen, peneliti dapat meibatkan
unsur-unsur penting, seperti pengujian tnda tangan, bentuk huruf, penggunaan
bahasa dan termasuk juga uji fisik dan
kimiawi atas tinta, cat, kertas, dsb. Dalam internal critism dikaji, misalnya
apa yang dimaksudkan oleh pengarang
dalam pernyataannya, apakah pernyataannya tersebut dapat dipercaya, apakah
terlihat konsistensi antara pernyataan yang satu dengan yang lainnya, dsb.
Peneliti sejarah harus benar-benar yakin bahwa datanya autentik dan akurat,
sehingga dapat memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang berharga
untuk ditelaah secara serius.
Karakteristik
penelitian sejarah, yaitu :
(a) Menggunakan
data sekunder, data yang diobservasi oleh orang lain.
(b) Hanya
mengumpulkan informasi, karena itu jika tidak dilakukan ekstra hati-hati,
informasi tersebut kurang valid dan reliabel, berat sebelah dan bias.
(a) Selain
data sekunder, ada juga data primer yang dikumpulkan melalui pengamatan melalui
pengamatan secara langsung. Diantara kedua data tersebut, data primer dianggap
memiliki otoritas yang kuat sebagai bukti tangan pertama dan diberi prioritas
dalam pengumpulan data.
(b) Terdapat
dua jenis kritik yang digunakan untuk menentukan nilai atau bobot data yakni:
kritik eksternal dan kritik internal.
(c) Dibandingkan
dengan penelitian perpustakaan, pendekatan sejarah lebih tuntas, mencari
informasi dari sumber yang lebih luas.
Menurut Fraenkel
dan Wallen (1990), ada empat langkah pokok dalam penelitian sejarah, yaitu
merumuskan masalah, menemukan sumber-sumber informasi sejarah yang relevan,
meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber-sumber
tersebut, serta mempresentasikan dan menginterpretasikan informasi-informasi
tersebut yang dihubungkan dengan masalah atau pertanyaan dalam penelitian.
Langkah-langkah ini dapat diuraikan lagi menjadi beberapa tahap, dan setiap
tahap terdiri atas langkah-langkah operasional sebagai berikut :
Tahap pertama : persiapan penelitian
Pada tahap ini
biasanya peneliti menyusun desain penelitian, yang meliputi: memilih dan
merumuskan masalah, menetapkan tujuan penelitian, menjelaskan manfaat hasil
penelitian, merumuskan asumsi, memilih pendekatan penelitian, menentukan
langkah-langkah kegiatan penelitian, menyusun instrumen dan pedoman analisis
data.
Tahap kedua : pelaksanaan
penelitian
Pelaksanaan
penelitian sejarah dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Heuristik
(pengumpulan data)
b. Kritik
(verifikasi)
c. Interpretasi
(penafsiran)
d. Histiriograf
(penulisan sejarah)
Tahap ketiga : penyusuna laporan hasil
penelitian
2. Penelitian
deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan dan menjawab persoalan-persoalan
tentang fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini. Pola-pola penelitian
deskriptif ini antara lain : survey, studi kasus, causal-comparative,
korelasional, dan pengembangan. Tujuannya adalah untuk (a) menjelaskan suatu
fenomena, (b) mengumpulkan informasi yang bersifat aktual dan fuktual berdasarkan
fenomena yang ada, (c) mengidentifikasi masalah-masalah atau melakukan
justifikasi kondisi-kondisi dan praktik-praktik yang sedang berlangsung, (d)
membuat perbandingan dan evaluasi, dan (e) mendeterminasi apa yang dikerjakan
orang lain apabila memiliki masalah atau situasi yang sama dan memperoleh
keuntungan dari pengalaman mereka untuk membuat rencana dan keputusan di masa
yang akan datang.
3. Penelitian
eksperimen
Penelitian ekperimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh
variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara
ketat. Bentuk penelitian eksperimen menurut Tuckman (1982) ada 4 jenis, yaitu
pre experimental, true experimental, factorial, dan quasi experimental. Berbeda
dengan Tuckman, Sukmadinata (2009) dalam bukunya menyatakan bahwa penelitian
eksperimen berdasarkan variasinya terdiri dari penelitian ekperimen murni (true
experimental), eksperimen kuasi (quasi experimental), eksperimen lemah (weak
experimental) dan eksperimen subjek tunggal (single subject experimental).
Eksperimen murni merupakan metode eksperimen yang paling mengikuti prosedur
dan memenuhi syarat-syarat eksperimen. Dalam eksperimen murni, kecuali variabel
independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, semua
variabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang sama).
Sedangkan pada eksperimen semu (quasi experimental) pengontrolan variabel hanya
dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling
dominan.
Eksperimen lemah merupakan metode penelitian eksperimen yang desain dan
perlakuannya seperti eksperimen, tetapi tidak ada pengontrolan variabel sama
sekali. Eksperimen ini sangat lemah kadar validitasnya. Eksperimen jenis ke
empat adalah eksperimen subjek tunggal. Eksperimen subjek tunggal merupakan
eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Dalam pelaksanaan eksperimen
subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen murni, kuasi dan lemah belaku.
4. Penelitian
survey
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi
dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun,
1998). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk
meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Survey adalah suatu
desain yang digunaan untuk penyelidikan informasi yang berhubungan dengan
prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu popilasi. Pada
survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan
seseorang,pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Penggalian data melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab langsung atau melalui telepon, sms, e-mail maupun dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara dapat dilakukan juga melalui telepon, video confeence maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari survey ini adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik jika dilaksanakan analisa secara bertahap.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Penggalian data melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab langsung atau melalui telepon, sms, e-mail maupun dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara dapat dilakukan juga melalui telepon, video confeence maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari survey ini adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik jika dilaksanakan analisa secara bertahap.
Pada umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.
Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample besar,
semakin hasilnya mencerminkan populasi. Penelitian survey dapat digunakan untuk
maksud penjajakan (eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan
(eksplanatory) yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa,
evaluasi, prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan dating,
penelitian operational dan pengembangan indikaor-indikator social.[4]
5. Penelitian
ekspos fakto
Penelitian
ekspos fakto (after the fact) merupakan penelitian yang dilakukan terhadap
suatu kejadian yang telah berlangsung. Jenis penelitian ini disebut juga
sebagai restropective study karena meneusuri kembali terhadap suatu peristiwa
dan kemudian menelusuri ke belakang untuk menyelidiki faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ini dilakukan sesudah
perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas terjadi karena perkembangan suatu
kejadian secara alami. Penelitian ini merupakan penelitian yang
variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau tidak dlakukan pada
saat penelitian berlangsung.
Dalam
beberapa hal penelitian ekspos fakto dapat dianggap sebagai kebalikan dari
penelitian eksperimen atau sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang
sama, kemudian diberi perlakuan yang berbeda.
[1]
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian:
Suatu pendekatan praktek. Penerbit Rineka Cipta,
Yogyakarta.
Bab II: “Ragam Penelitian”, hal. 8-13.
[2]
Muhadjir, Noeng. 1990. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Penerbit Rake Sarasin, Yogyakarta. Hal. 13-
34.
[3]
Arifin Zainal, 2012, Penelitian
Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rodaskarya
[4]
Suriasumantri, Yuyun S. 1978. Ilmu dalam
Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan tentang Hakekat
Ilmu. Penerbit Yayasan Obor Indonesia dan Leknas-LIPI,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar