Sabtu, 15 November 2014

INQUIRY LEARNING PAI



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Disini guru sebagai pendidik memiliki peran yang sangat besar, disamping sebagai fasilitator dalam pembelajaran, guru juga sebagai pembimbing dan pengarah terhadap peserta didiknya sehingga mejadi manusia yang mempunyai pengetahuan luas baik pengetahuan agama, kecerdasan, kecakapan hidup, keterampilan, budi pekerti luhur dan kepribadian baik dan bisa membangun dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya serta memiliki keinginan yang besar dalam pembengunan bangsa. Dalam proses belajar mengajar, salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan pendekatan atau metode serta teknik pembelajaran yang mampu memunculkan motivasi belajar dalam diri siswa agar proses pembelajaran tidak cenderung monoton dan membosankan. Guru dituntut untuk menguasai berbagai macam pendekatan atau metode serta teknik pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.
Inquiry adalah Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.

B.     Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan bagaimana konsep Inquiri Learning PAI
2.      Menjelaskan langkah-langkah Inquiri Learning PAI
3.      Menjelaskan apa saja kelebihan dan kekurangan Inquiri Learning PAI

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Inquiri Learning PAI
Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang dapat membedaknnya dengan mata pelajaran lainnya, begitu juga halnya mata pelajaran PAI. Karakteristik mata pelajaran PAI sebagaimana dijelaskan dalam buku pedoman khusus PAI[1] adalah sebagai berikut:
1.    PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok agama Islam.
2.    PAI Bertujuan membentuk peserta didik agar beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta memiliki akhlak mulia.
3.    PAI mencakup tiga kerangka dasar, yaitu aqidah, syari`ah, dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman; syari`ah merupakan penjabaran dari konsep Islam, syari`ah memiliki dua dimensi kajian pokok, yaitu ibadah dan muamalah; dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan.
Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti ilmu kalam (theologi Islam, ushuluddin, ilmu tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah. Ilmu fiqh merupakan pengembangan dari syari`ah. Ilmu akhlak (etika Islam, moralitas Islam) merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata pelajaran.
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada dasarnya memiliki tujuan yang selaras dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi sebagai hamba Allah yang bertakwa dan dapat mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur`an, “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku” (QS. AL-Dzariat:56). Dalam konteks sosial -masyarakat, bangsa, dan negara- maka pribadi yang bertakwa ini menjadi rahmatan lil `alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Meskipun demikian disamping tujuan akhir yang lebih umum, terdapat tujuan khusus yang sifatnya lebih praktis yang berupa tahap-tahap penguasaan anak didik terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya; pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, keterampilan (kognitif, afektif, dan psikomotor). Dari tahapan-tahapan ini kemudian dapat dicapai tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan materi, metode, dan sistem evaluasi. Inilah yang kemudian dinamakan dengan kurikulum, yang selanjutnya diperinci lagi dalam bentuk silabus dari berbagai materi yang akan diberikan[2]
Dengan demikian, melalui mata pelajaran PAI diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peadaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional, maupun global.
Untuk merealisasikan nilai-nilai karakter dalam diri siswa di tingkat pendidikan dasar dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah, bisa ditempuh melalui berbagai bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien hendaknya diupayakan dalam merealisasikan nilai-nilai karakter tersebut. Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh kegiatan pembelajaran yang cukup efektif dan efisien di kelas yang ditawarkan oleh Kemendiknas (2010: 24-28) salah satunya yaitu metode Inquiri learning.
Inquiri learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada prosesberpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama Inquiri learning, yaitu:
1.      Inquiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
2.      Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
3.      Tujuaan inquiri learning adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Inquiri learning merupakan bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian sebab dalam strategi ini siswa dapat memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.[3] Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran PAI dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada siswa untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi[4].
Melalui model ini peserta didik dikondisikan agar memiliki nilai-nilai kerja keras, meningkat rasa keingintahuan dan kecerdasannya, serta kecintaannya terhadap ilmu. Tidak semua SK/KD dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bisa dicapai dengan model pembelajaran ini. Di antara contoh kompetensi yang bisa dicapai melalui model ini adalah kompetensi yang terkait dengan aqidah, muamalah, dan sejarah peradaban Islam. Cukup banyak materi atau kompetensi dalam tiga bidang itu yang bisa dikaji melalui model pembelajaran ini.
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiri sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).
1.      Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini sesuai dengan Taxonomy Bloom. Siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
2.      Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
3.      Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
4.      Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
5.      Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.

B.     Langkah-Langkah Inquiri Learning PAI
Inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah di bawah ini, yaitu:
1.    Orientasi
Langkah ini adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang reponsif. Guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:
a.       Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
b.      Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
c.        Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2.    Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inquiri, oleh sebab iu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya:
a.       Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji.
b.      Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
c.       Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inquiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
3.    Merumuskan hipotesis
       Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu iitu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu  untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.
4.    Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam inquiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Prose pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru pada tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5.    Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6.    Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Tahapan ini merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Dan untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.



C.    Kelebihan dan Kekurangan Inquiri Learning PAI
1.    Kelebihan
a.       Inquiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b.      Inquiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.       Inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses peubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d.      Strategi pembelajaran inquiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
2.    Kekurangan
a.       Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b.      Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c.       Dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
d.      Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, makan strategi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.[5]





BAB III
KESIMPULAN

Inquiri learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada prosesberpikir secara kritis dn analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Inkuiri Suchnan seperti yang dikutip oleh Kardi (2003:10) mempunyai 2 kelebihan yaitu :
  1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkiri dengan cepat, dan dengan pelatihan merekaakan terampil melakukan inkuiri
  2. Lebih efektif dalam senua bidang di dalam kurikulum.
Pendekatan pembelajaran ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya ialah antara lain; memakan waktu banyak (time consuming), dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajarinya[6].










DAFTAR PUSTAKA
-          Sanjaya, Wina. Dr. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
-          Rusyan, A.Tabrani, dkk.1998. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.    Bandung:Remaja Karya Offset
-          Zaini, Hisyam, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif.Yogyakarta:CTSD
-          Trianto.2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana Perenada Media Group
-          Sagala, Saiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Al-fabeta.
-          Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
-          Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas.
-          Depdiknas, 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) melalui Pendekatan Broad-Based Education (Draft). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


[1] Depdiknas, 2002
[2] Azra, 1999:8-9
[3] Wina Sanjaya,  Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2006) hal.194
[4] Sagala, 2004
[5] Wina Sanjaya,  Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2006) hal.206
[6] Rusyan ,1999 : 177-178

Tidak ada komentar:

Posting Komentar