BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seringkali sangat bermanfaat untuk
membuat suatu laporan keuangan tertentu yang dapat dipergunakan sebagai alat
untuk mengevaluasi operasi-operasi perusahaan baik pada masa lalu maupun pada
masa sekarang. Laporan tentang sumber dan penggunaan dana akan memungkinkan
seorang manajer keuangan untuk menganalisa sumber-sumber dan penggunaan dana
secara historis yang terdapat di dalam perusahaan. Kas
membutuhkan suatu pengelolaan khusus yang disebut dengan manajemen kas.
Manajemen kas yang sangat baik sangat dibutuhkan agar pengelolaan keuangan perusahaan
dapat berjalan dengan efektif. Manajemen kas berkaitan dengan penetapan dengan
penetapan dan pemeliharaan agar selalu terdapat kas optimal ( optimal cash ).
Kas optimal berarti terdapatnya jumlah kas yang diperlukan yaitu tidak lebih
dan tidak kurang pada setiap waktu. Semakin besar jumlah kas yang tersedia di
perusahaan, semakin tinggi pula likuiditasnya. Namun, persediaan kas yang
terlalu besar yang berarti likuiditasnya tinggi bukan berarti perusahaan tersebut
baik. Adanya kas yang terlalu besar berakibat pemanfaatan kas tersebut kurang
efisien karena kas tersebut menganggur dan tidak menghasilkan keuntungan (
disebut rentabilitas ) menjadi rendah. Dengan demikian perusahaan akan
berusaha agar rentabilitasnya tinggi namun tidak mengabaikan tingkat
likuiditasnya Dalam menganalisis arus kas setiap perusahaan mempunyai sistem
yang berbeda-beda sesuai dengan kebijakan perusahaan tersebut. Biasanyadalam
penentuan dan pemakaian sistem analisa laporan arus kas sering terjadi
kesalahankesalahan sehingga laporan dari arus kas nya tidak sesuai dengan
jumlah anggaran kas yang sebenarnya dalam perusahaan. Laporan sumber dan
penggunaan kas dapat digunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas di
masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat digunakan
sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow dimasa
yang akan datang, sedangkan bagi para kreditur atau bank dengan adanya laporan
sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu kas
2.
Bagaimana
perbedaan cash inflow dan cash outflow
3.
Apa
itu saldo
C.
Tujuan Penulisan untuk mengetahui dan memahami :
1.
Pengertian
kas
2.
perbedaan
cash inflow dan cash outflow
3.
Pengertian
saldo
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kas
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang
paling likuid (paling lancar), yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Kas yang
dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk membiayai operasi perusahaan
sehari-hari (dalam bentukmodal kerja) maupun pembelian aktiva tetap, memiliki
sifat kontinyu (untuk pembelian bahan baku, membayar upah dangaji, membayar
supplies kantor habis pakai, dll) dan tidak kontinyu. (untuk pembayaran
deviden, pajak, angsurang hutang, dsb).[1]
Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan
yang dalam perusahaan beserta pos-pos lain
yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran
kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya. Kas dapat berupa uang kontan yang disimpan di
perusahaan, rekening rekening giro atau rekening lainnya yang dapat
dicairkan pada saat dibutuhkan. Kas dalam kegiatan operasional diperlukan untuk:
a. Membelanjai seluruh kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
b. Mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.
c. Membayar dividen, pajak, bunga dan pembayaran lain-lain.
Manajemen
kas atau pengelolaan kas merupakan salah satu fungsi manajemen dalam
merencanakan dan mengendalikan kas, manajemen kas dapat dianggap sebagai suatu
fungsi keuangan yang mendasar dalam kebanyakan perusahaan karena kas rnempunyai
kedudukan sentral dalam usaha maupun bagi keperluan yang menunjang pelaksanaan
opetrasi perusahaan.
B. Aliran
Kas
Proses aliran kas yang
terjadi di perusahaan adalah terus-menerus sepanjang hidup
perusahaan yang bersangkutan terdiri dari aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow). Aliran kas masuk (cash
inflow) terdiri dari:
a. Hasil penjualan produk/jasa perusahaan secara tunai.
b. Penagihan piutang dari penjualan kredit.
c. Penjualan aktiva tetap yang ada.
d. Penanaman investasi dari pemilik atau pemilik saham
bila perseroan terbatas.
e. Pinjaman/utang dari pihak lain.
f. Penerimaan sewa dan pendapatan lain-lain.
Dan sejumlah aliran kas masuk tersebut mempunyai sifat terus-menerus
sepanjang waktu dan aliran kas pada saat-saat tertentu saja (insidental).
Faktor yang mempengaruhi penerimaan kas: Budget penjualan, Keadaan dan posisi pesaing, Syarat pembayaran tunai maupun kredit, Kebijaksanaan dalam penagihan piutang, Budget perubahan aktiva tetap, Rencana penerimaan nonoperating, Kebijaksanaan penjualan surat-surat berharga.
Sedangkan aliran kas keluar (cash outflow) terdiri dari:
a. Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung
dan biaya pabrik lain-lain (overhead).
b. Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan.
c. Untuk pembelian aktiva tetap
d. Pembayaran kembali utang-utang perusahaan.
e. Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan.
f. Pembayaran sewa, pajak, dividen, bunga dan pengeluaran
lain-lain,
Sifat dari aliran kas
keluar ini juga terus-menerus dan ada pula yang hanya saat-saat tertentu atau insidentil. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran kas : Budget biaya bahan baku, budget biaya tenaga kerja langsung, budget biaya pabrik lain-lain (overhead), Budget biaya administrasi umum dan administrasi
penjualan, budget penambahan aktiva tetap, budget pengeluaran nonoperating.[2]
C. Saldo Kas
Apabila aliran kas masuk
(cash inflow) lebih besar dari aliran kas keluar (cash outflow) pada suatu saat
tertentu maka akan terjadi saldo kas (pro‑ ceeds) dan sebaliknya
bila aliran kas masuk lebih kecil dari aliran kas keluar pada suatu saat
tertentu maka akan terjadi defisit kas (kekurangan kas). Jumlah besarnya
saldo kas yang akan terjadi di dalam perusahaan akan sangat tergantung tiga motif di dalam
pemahaman uang kas yaitu:
1. Motif transaksi. Suatu perusahaan membutuhkan uang kas
untuk membayar transaksi harian. Semakin meningkatnya luas
usaha akan meningkatKan pula transaksi finansial, dan akan
menuntut kenaikan uang kas yang dibutuhkan. Transaksi tersebut dapat
berupa pembayaran utang dagang atau pembelian bahan, pembayaran upah/gaji, asuransi,
tarif pemakaian listrik, pajak, dividen dan lain-lain.
2. Motif spekulasi. Dalam motif ini, memegang uang
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan harga baik harga
barang ataupun harga atau nilai uang itu sendiri. Apabila
harga-harga barang naik maka jelas memiliki uang. Di samping itu apabila tingkat bunga di bank tampak akan turun maka uang akan banyak
dibelikan surat surat berharga atau mungkin dalam bentuk barang.
3. Motif Jerjaga-jaga. Karena keadaan yang tidak pasti
maka pengusaha akan selalu memperhitungkan ketidakpastian tersebut
dan berjagajaga untuk menjamin likuiditas perusahaan apabila penerimaan kas tidak terjadi seperti
yang direncanakan sebelumnya, maka harus dijaga agar terdapat safety cash balance
(persediaan besi kas).
Model-Model Manajemen Kas
1. Model persediaan (boumol 1952), mengidentifikasikan kebutuhan kas dalam
suatu persediaan mirip dengan pemakaian persediaan. Apabila perusahaan memiliki
saldo kas yang tinggi, perusahaan mengalami kerugian dalambentuk kehilangan
kesempatan untuk menginvestasikan dana tersebut pada kesempatan investasi lain
yang lebih menguntungkan , sebliknya apabila saldo kas terlalu rendah ,
kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan likuiditas akan makin besar , karena
itu seharusnya ada penyeimbangan
Q= 2 (50.000)(1.200 juta) ½ = 31,623 juta
0,12
Biaya kehilangan kesempatan =31,623 juta/2 x 0,12=1,897 juta
Biaya transaksi = (12.000juta/31,623)x 50.000=1,897 juta
Total biaya =2 (1,897) rp. 3,794 juta
2. MODEL Miller and Orr
Jika kebutuhan kas tidak konstan? Dalam keadaan penggunaan dan pemasukan kas
bersifat acak perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas bawah saldo kas
(model miller dan orr). Secara umum piutang adalah merupakan hak atas
uang, barang dan jasa kepada orang lain. Senada dengan hal tersebut Bambang
Subroto (1991:63) berpendapat bahwa : “Piutang adalah tagihan (klaim) kepada
pihak lain atas uang, barang atau jasa yang untuk kepentingan Akuntansi”.
Sedangkan Harngren dan Harison (1997:42) mengemukakan : “Piutang adalah Suatu
aktiva yang timbul karena perusahaan menjual barangnya atau memberikan jasanya
kepada para pelanggan dan menerima janji bahwa pelanggan akan memberikan
sejumlah uang kepada perusahaan pada suatu waktu dimasa yang akan datang”. Dari
pengertian tersebut, piutang mengandung makna, tagihan yang akan timbul atas
penyerahan barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan yang akan dilunasi
dengan uang dimasa yang datang.
Piutang adalah merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan
penjualan kredit. Kebijakan penjualan
kredit ini merupakan kebijakan yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat para langganan. Jadi
kebijakan ini sengaja dilakukan untuk memperluas pasar dan memperbesar
hasil penjualan. Tentu saja dengan kebijakan
penjualan kredit ini akan menimbulkan risiko bagi perusahaan akan tidak dapat
ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang tersebut. Oleh
karena itu maka lalu memperhitungkan biaya atas risiko tidak dapat
ditagihnya piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense.
Kebijakan penjualan kredit dapat menimbulkan
keuntungan-keuntungan dalam bentuk:
a.
Kenaikan hasil penjualan.
b.
Kenaikan
laba. Hal ini adalah sebagai akibat dari kenaikan dalam hasil
penjualan akan dapat menimbulkan kenaikan pada laba perusahaan.
penjualan akan dapat menimbulkan kenaikan pada laba perusahaan.
Memenangkan persaingan. Dalam
dunia bisnis saat ini maka hampir semua perusahaan melaksanakan politik penjualan kredit
ini. Oleh karena itu untuk menjaga posisi perusahaan di dalam persaingan maka haruslah dilakukan politik penjualan kredit tersebut,
apabila tidak ingin merosot dalam
posisi persaingan di pasar. Kebijakan penjualan kredit yang agresif akan
dapat merangsang minat calon konsumen akan dimungkinkan untuk memakai dan
menikmati kegunaan barang yang dibelinya tanpa hams mengeluarkan uang yang besar pada saat membeli; sehingga pembeli dapat menikmati sekarang juga dengan membayamya
nanti di kemudian had.
Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
Volume Penjualan Kredit
Makin besar jumlah penjualan kredit dad keseluruhan penjualan akan
memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit
dad keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang.
Syarat Pembayaran Bagi Penjualan Kredit
Semakin panjang batas waktu pernbayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek
batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besamya jumlah
piutang.
Ketentuan Tentang Batas
Volume Penjualan Kredit
Apabila batas maksimal volume penjualan kredit
ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besamya piutang juga semakin besar.
Kebiasaan Membayar Para Pelanggan Kredit
Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari
penjualan kredit mundur dad waktu yang dipersyaratkan maka besarnya
jumlah piutang relatif besar.
Kegiatan Penagihan
Piutang dari Pihak Perusahaan
c. Apabila kegiatan
penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka besarnya jumlah
piutang relatif kecil, tetapi apabila
kegiatan penagihan piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah piutang
relatif besar.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kas
Faktor-faktor yang mempngaruhi besarnya kas minimal (safety cash balance) :
1. Perimbangan antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar jika ada
perimbangan antara cash outflow dan cashinflow (keseimbangan antara
syarat pembelian dan syarat penjualan ) baik kuantitas maupun timing maka tidak
perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar.
2. Penyeimbangan terhadap aliran kas yang diperkirakan hubungan yang baik
dengan bank-bank
Metode Cash Flow
Pengelolaan
akuntansi keuangan dengan metoda cash flow (aliran kas) merupakan pendekatan
pengelolaan keuangan yang praktikal dan sesuai untuk unit usaha kecil yang pola
pengelolaan keuangannnya masih sederhana. Pengertian cash flow adalah aliran
kas perusahaan yang secara riil diterima dan dikeluarkan oleh perusahaan untuk
keperluan operasi, pendanaan, dan investasi. Aliran kas yang masuk ke
perusahaan disebut dengan cash in flow, sedangkan aliran kas yang keluar dari
perusahaan dinamai cash out flow. Aliran kas dapat dibedakan menjadi 3 jenis :
1. Operational Cash Flow (Aliran Kas Operasional)
Aliran Kas Operasional meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan
secara riil yang berkaitan dengan kegiatan operasi. Operational Cash In Flow
(OCIF) meliputi penerimaan hasil penjualan tunai, hasil pengumpulan
piutang,dan penerimaan laba perusahaan. Sedangkan Operational Cash Out Flow (OCOF) meliputi biaya-biaya produksi dan biaya-biaya operasi perusahaan. Biaya
produksi terdiri atas pembelian bahan baku dan bahan penolong, biaya upah
pekerja langsung, dan biaya overhead pabrik (biaya produksi tak
langsung); termasuk pembayaran hutang kepada pemasok bahan. Biaya operasi
meliputi biaya administrasi dan umum, seperti biaya gaji pimpinan dan karyawan,
biaya rekening listrik, telepon, air (PAM), biaya pemasaran, serta biaya pajak.
2.
Financial Cash Flow (Aliran Kas Pendanaan)
Aliran
Kas Pendanaan meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan yang berkaitan
dengan kegiatan pendanaan. Financial Cash In Flow (FCIF), meliputi
penerimaan modal, baik dari sumber modal sendiri maupun dari sumber modal asing
berupa pinjaman atau kredit bank. Sedangkan Financial
Cash Out Flow (FCOF) meliputi biaya-biaya yang timbul karena
adanya tambahan modal. Biaya modal tersebut dapat berupa pembagian keuntungan
kepada para pemilik modal sendiri (dividen atas saham), dan berupa biaya bunga
yang harus dibayarkan kepada bank atas kredit yang kita terima.
Metoda
pencatatan Aliran Kas Pendanaan ini pada dasarnya sama saja dengan metoda
pencatatan pada Aliran Kas Operasional. Namun mengingat bahwa aliran kas
pendanaan ini bersifat periodik (tidak setiap hari terjadi transaksi),
pencatatannya dalam perioda bulanan atau bahkan tahunan, bukan harian.
3.
Investment Cash Flow (Aliran Kas Investasi)
Aliran
Kas Pendanaan meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan yang berkaitan
dengan kegiatan Investasi. Investment Cash In Flow (ICIF), meliputi
penerimaan yang berasal dari aktivitas investasi perusahaan pada aktiva tetap
dan investasi pada surat-surat berharga, seperti penerimaan berupa dividen atas
saham, bunga (kupon) atas obligasi, dan capital gain atas penjualan
aktiva tetap dan penjualan saham. Sedangkan Investment
Cash Out Flow (OCOF) meliputi sejumlah dana yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk membeli aktiva tetap dan surat-surat berharga, seperti saham
dan obligasi.
Metoda
pencatatan Aliran Kas Pendanaan ini pada dasarnya sama saja dengan metoda
pencatatan pada Aliran Kas Operasional dan Aliran Kas Pendanaan. Mengingat
bahwa transaksi investasi ini tidak dilakukan oleh perusahaan secara harian,
maka perioda penca-tatannya adalah bulanan dan tahunan.
Setelah
anda melakukan pencatatan aliran kas perusahaan secara bulanan kemudian
catatan-catatan tersebut dikompilasi menjadi catatan aliran kas tahunan,
berbentuk Cash Flow Statement perusahaan (sederhana). Masing-masing laporan aliran kas tersebut
diklasi-fikasi sesuai dengan fungsinya menjadi Laporan Aliran Kas Operasional,
Laporan Aliran Kas Pen-danaan, dan Laporan Aliran Kas Investasi. Laporan Aliran
Kas sederhana semacam ini lebih tepat digunakan pada pencatatan keuangan usaha
kecil.
Pengelolaan Kas yang Efisien
Aktivitas
adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam
suatu periode tertentu
Menurut
Tunggal, Amin Wijaya Aktivitas adalah suatu langkah dalam proses produksi yang
memperhatikan untuk menyelesaikan suatu proses. Berdasarkan pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah kemampuan dana yang tertanam
dalam keseluruhan aktiva berputar dalam proses produksi suatu periode tertentu.
Aktivitas menggambarkan apa yang koperasi lakukan, cara waktu digunakan, proses
dan keluaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang
paling likuid (paling lancar), yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Kas yang
dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk membiayai operasi perusahaan
sehari-hari (dalam bentukmodal kerja) maupun pembelian aktiva tetap, memiliki
sifat kontinyu (untuk pembelian bahan baku, membayar upah dangaji, membayar
supplies kantor habis pakai, dll) dan tidak kontinyu. (untuk pembayaran
deviden, pajak, angsurang hutang, dsb).
Proses aliran kas yang
terjadi di perusahaan adalah terus-menerus sepanjang hidup
perusahaan yang bersangkutan terdiri dari aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow).
Apabila aliran kas masuk
(cash inflow) lebih besar dari aliran kas keluar (cash outflow) pada suatu saat
tertentu maka akan terjadi saldo kas (pro‑ ceeds) dan sebaliknya
bila aliran kas masuk lebih kecil dari aliran kas keluar pada suatu saat
tertentu maka akan terjadi defisit kas (kekurangan kas).
DAFTAR PUSTAKA
Dimock, ME. dkk. Administrasi Negara. 1992. Jakarta: Rineka Cipta.
Idhochi Anwar, Moch. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Pendidikan Teori, Konsep dan Isu, Bandung: Gemilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar