BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lembaga pendidikan merupakan hal yang sangat
penting dalam mencapaikeberhasilan proses pendidikan karena lembaga berfungsi
sebagai mediator dalam mengatur jalannya pendidikan. Dan pada zaman sekarang
ini tampaknya tidaklah disebut pendidikan jika tidak ada lembaganya. Lembaga
pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran proses
pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep islam.
Lembaga pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang
lingkup keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam.
Keluarga, masjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga
pendidikan islam yang mutlak diperlukan di suatu negara secara umum atau di
sebuah kota secara khususnya, karena lembaga-lembaga itu ibarat mesin pencetak
uang yang akan menghasilkan sesuatu yang sangat berharga, yang mana
lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman. Oleh karena itu, dalam makalah
ini kami akan membahas masalah yang berkaitan dengan lembaga pendidikan islam
tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana hubungan LPI dengan Pendidikan Formal
dan Non-Formal
2.
Bagaimana kedudukan LPI dalam masyarakat
3.
Bagaimana urgensi LPI dalam masyarakat
4.
Analisis SWOT di LPI
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Lembaga
pendidikan adalah suatu institusi di mana pendidikan itu berlangsung. Lembaga
tersebut akan mempengaruhi proses pendidikan yang berlangsung. Dalam beberapa sumber
bacaan kependidikan, jarang dijumpai pendapat para ahli tentang pengertian
lembaga pendidikan Islam. Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam mengungkapkan
bahwa kajian lembaga pendidikan Islam (tarbiyah Islamiyah) biasanya
terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai macam-macam lembaga
pendidikan[1].
Namun demikian, dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan Islam adalah suatu
lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan
terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
A.
Hubungan
Lembaga Pendidikan Islam dengan Pendidikan
Lembaga pendidikan sangat dibutuhkan dalam
proses pendidikan, sebab lembaga pendidikan tersebut berfungsi menunjang
terjadinya proses belajar mengajar secara aman, nyaman, tertib, dan
berkelanjutan. Dengan suasana seperti itu, maka proses pendidikan dapat
diselenggarakan menuju tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
1.
Lembaga/Pendidikan Formal
Sekolah atau dalam
Islam sering disebut madrasah, merupakan lembaga pendidikan formal, juga
menentukan membentuk kepribadian anak didik yang Islami. Sekolah merupakan
tempat khusus dalam menuntut berbagai ilmu pengetahuan. Dalam buku Ilmu
Pendidikan Islam menyebutkan bahwa disebut sekolah, jika dalam pendidikan
tersebut diadakan di tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai
perpanjangan dan dalam kurun waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi, dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang
telah ditetapkan[2].
Secara historis
keberadaan sekolah merupakan perkembangan lebih lanjut dari keberadaan masjid.
Sebab, proses pendidikan yang berlangsung di masjid pada periode awal terdapat
pendidik, peserta didik, materi dan metode pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan
materi dan kondisi peserta didik. Hanya saja, dalam mengajarkan suatu materi,
terkadang dibutuhkan tanya jawab, pertukaran pikiran, hingga dalam bentuk
perdebatan sehingga metode seperti ini kurang serasi dengan ketenangan dan rasa
keagungan yang harus ada pada sebagian pengunjung-pengunjung masjid.
Lembaga pendidikan merupakan komponen
pendidikan yang menjadi tempat atau lingkungan pendidikan, Secara konseptual
lembaga pendidikan (sekolah) dibentuk untuk melakukan proses pendidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan. Tiga tujuan setidaknya ingin dicapai melalui
sekolah yakni moralitas (akhlak), civic (cinta
tanah air), dan berpengatahuan.
2.
Lembaga/Pendidikan Non-Formal (Pesantren)
Pesantren
adalah sekolah Islam berasrama yang terdapat di Indonesia yang bertujuan untuk
memperdalam pengetahuan tentang al-Qur’an dan Sunnah Rasul dengan mempelajari
bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab. Pesantren merupakan
pendidikan islam tertua di Indonesia yang berfungsi sebagai pusat dakwah dan
pengembangan agama islam.
Dalam
pondok Pesantren terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik
para santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk
menyelenggarakan pendidikan terebut, serta didukung adanya pemondokan atau
asrama sebagai tempat tinggal para santri.[3]
Pendidikan
dan ajaran islam diberikan melalui pemberian contoh, perbuatan dan sauri
teladan. Para guru yang juga kiayi berlaku sopan santun, ramah-tamah, tulus
ikhlas, amanah percaya, welas asih, jujur adil, tepat janji serta menghormati
adat istiadat dan orang lain. Pada awalnya pendidikan islam dilakukan di
surau-surau, langgar masjid atau bahkan di serambi rumah sang guru. Disana
murid-murid belajar mengaji. Waktu belajarnya biasanya pada waktu petang atau
malam hari. Mereka duduk dilantai, melingkar menghadap sang guru dan belajar
membaca Al-Qur’an. Tempat-tempat pendidikan islam seperti ini yang menjdi
cikal-bakal pendidikan pesantren.
Tujuan
terbentuknya pondok pesantren adalah:[4]
a. Tujuan
umum, yaitu membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian
Islam, yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi mubalig Islam dalam
masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya,
b. Tujuan
khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu
agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta dalam mengamalkan dan
mendakwahkannya dalam masyarakat.
Dari tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pondok pesantren adalah lembaga pendidikan non-formal yang sangat penting bagi
masyarakat karena dalam pondok pesantren dapat membentuk individu masyarakat
yang bercorak, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya
untuk tujuan tersebut adalah ajaran Allah yang bersumber kepada Al-Qur’an dan
hadist. Atau dapat pula diartikan sebagai pengaturan pribadi dan masyarakat
yang karenanya dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan
baik dalam kehidupan individu maupun kelompok.
Pelaksanaan pendidikan agama yang diberikan
bukan hanya menjadikan manusia yang pintar dan trampil, akan tetapi jauh
daripada itu adalah untuk menjadikan manusia yang memiliki moral dan akhlakul
karimah. Dengan moral dan akhlakul karimah yang dimiliki akan mampu mengarahkan
minat untuk terus belajar mencari ilmu.
B.
Kedudukan
Lembaga Pendidikan Islam dalam Masyarakat
Posisi lembaga pendidikan kita saat ini sedang
berada dalam konflik nilai-nilai yang membawa kepada transisi nilai kehidupan,
nilai spritual maupun moral dan etika, yang amat sensitif terhadap
sentuhan-sentuhan materil, nilai hedonis dan kemajuan iptek, lembaga pendidikan
dalam posisi seperti ini, perlu bersikap dalam melaksanakan tugas pokoknya,
yaitu membudayakan umat manusia dengan nilai-nilai ideal. Sehingga mampu
menjadi pondasi moral dan spiritual bagi tegaknya masyarakat yang adil dan
sejahtera baik rohaniah maupun jasmaniahnya.
Lembaga pendidikan Islam merupakan salah satu
sentral pembangunan mental keagamaan di lingkungan masyarakat yang berbeda
stratifikasi sosiokulturalnya. Berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam
bersumber dari kepercayaan masyarakat berkat motivasi pendidikan agamanya yang
kemudian berkembang terus seiring dengan tuntutan pembangunan.
Masyarakat pada saat ini sedang dihadapkan
kepada berbagai tantangan baru yang bersumber pada gagasan apa yang disebut
dengan modernisme. Pada saat memahami ide-ide modernisasi dari luar yang
membawa nilai-nilai sekuler itu harus dapat diseleksi dengan ajaran agama yang
kuat. Sehingga tidak berdampak merusak terhadap nilai-nilai keIslaman yang
sudah tertanam sejak kecil. Interpretasi yang berwawasan baru terhadap ajaran
agama perlu segera diartikulasikan dalam proses belajar mengajar di kalangan
peserta didik di Lembaga Pendidikan Islam. Para ulama yang arif mempunyai tugas
yang penting dalam membimbing dan mengarahkan santrinya untuk tetap berpegang
teguh dengan ajaran agama yang benar.
C.
Urgensi
Lembaga Pendidikan Islam dalam Masyarakat
Hubungan pendidikan Islam dengan
masyarakat dapat diartikan sebagai proses komunikasi antara lembaga pendidikan
Islam dengan masyarakat untuk membentuk pengertian dan kesadaran mereka tentang
pentingnya pendidikan, sehingga keduanya terdorong untuk bekerja sama dengan
lembaga pendidikan untuk memajukan lembaga pendidikan Islam.
Pemaparan diatas menunjukkan bahwa
hubungan lembaga pendidikan Islam dengan masyarakat dapat berupa komunikasi
dari lembaga pendidikan Islam kepada masyarakat, atau sebaliknya dari
masyarakat kepada lembaga Islam. Hubungan masyarakat adalah kegiatan untuk
menanamkan dan memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan, penghargaan dari
publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat umumnya. Selain itu,
pendapat-pendapat dan saran-saran dari publik mengenai kebijaksanaan badan itu
harus diperhatikan dan dihargai.
Dengan demikian tampak jelas bahwa
lembaga pendidikan tidak bisa berdiri sendiri dalam membina dan mengembangkan
pendidikan, tetapi harus selalu menjalin hubungan secara terbuka dan bekerja
sama dengan semua pemerhati pendidikan (stakeholders). Sebab esensinya
masyarakat juga berperan sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.Bahkan
masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi program pendidikan.
D.
Analisis
SWOT di Lembaga Penidikan Islam
Analisis SWOT merupakan sebuah pendekatan yang paling terkenal dan paling
mutakhir dalam dunia menajemen. Analisis SWOT juga merupakan sebuah strategi
trobosan terbaru dalam dunia pendidikan untuk menuntaskan permasalahan atau
hambatan-hambatan dalam lembaga pendidikan Islam. Kata SWOT merupakan
perpendekan dari Strengths Weaknesses Opportunities dan Treaths
yang dapat diterjemahkan menjadi: kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Dalam metode atau pendekatan ini kita harus memikirkan tentang kekuatan apa
saja yang kita miliki, kelemahan apa saja yang melekat pada diri atau lembaga
pendidikan kita dan kemudian kita juga harus melihat kesempatan atau Opportunity
yang terbuka bagi kita dan akhirnya kita harus mampu untuk mengetahui ancaman,
ganguan serta tantangan yang menghadamg didepan kita. Analisis ini harus kita
lakukan, baik terhadap pesaing langsung maupun pesaing tidak langsung karena
kita harus berusaha untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi
oleh sebuah lembaga pendidikan.
Dengan kata lain, sebuah lembaga pendidikan akan mampu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan ketika kekuatan lembaga pendidikan
melebihi kelemahan yang dimiliki. Oleh karena itu lembaga
pendidikan tersebut harus mampu memperdayakan potensi yang dimiliki secara maksimal,
mengurangi resiko-resiko yang akan terjadi. Dengan demikian, secara sederhana
dapat dikatakan bahwa tercapai atau tidaknya tujuan lembaga pendidikan yang
telah ditetapkan adalah fungsi dari lingkungan manajemen lembaga pendidikan.
Keandalan analisis SWOT terletak pada kemampuan para penentu strategi
organisasi (decision maker) untuk memaksimalkan kekuatan dan
pemanfaatan peluang lembaga pendidikan.harapannya jelas, yakni bertujuan untuk
meminimalisasi kelemahan yang ada dalam internal lembaga pedidikan dan menekan
dampak ancaman yang akan timbul dan harus dihadapi. Siagian mengemukakan jika
analisis SWOT dilakukan dengan tepat, maka sepertinya upaya untuk memilih dan
menentukan strategi yang efektif akan membuahkan hasil sesuai apa yang
diinginkan.
1.
Faktor Kekuatan (Streng)
Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah
kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai
plus atau keunggulan komparatif lembaga pendidikan tersebut.Hal ini bisa
dilihat jika sebuah lembaga pendidikan harus memiliki skill atau
keterampilan yang bisa disalurkan bagi perserta didik, lulusan terbaik/hasil
andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang membuatnya unggul bagi
pesaing-pesaing serta dapat memuaskan steakholder maupun pelanggan
(peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
Sebagai contoh bidang keunggulan, antara lain kekuatan
pada sumber keuangan, citra yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat,
loyalitas pengguna dan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan. Sedangkan keunggulan lembaga pendidikan di era otonomi pendidikan atara
lain ; sumber daya manusia yang secara kuantitatif besar, hanya saja perlu
pembenahan dari kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan pendidikan
Islam sangat tinggi, yang didukung sarana prasarana pendidikan yang cukup
memadai. Hal lai dari faktor keunggulan lembaga pendidikan Islam adalah
kebutuhan masyarakat terhadap yang bersifat transendental sangat tinggi,
dan itu sangat mungkin diharapkan dari proses pendidikan lembaga pendidikan
Islam[5].
Bagi sebuah lembaga pendidikan sangat penting untuk mengenali terhadap
kekuatan dasar lembaga tersebut sebgai langkah awal atau tonggak menuju pendidikan
yang berbasis kualitas tinggi. Mengenali kekuatan dan terus melakukan refleksi
adalah sebuah langkah bersar untuk menuju kemajuan bagi lembaga pendidikan
islam.
2.
Faktor-faktor kelemahan
Segala sesuatu pasti memiliki kelemahan adalah hal
yang wajar tetapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan
dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisir kelemahan-kelemahan tersebut atau
bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh
lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini bisa kelemahan dalam sarana dan
prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, lemahnya kepercayaan
masyarakat, tidak sesuainya antara hasil lulusan dengan kebutuhan masyarakat
atau dunia usaha dan industri dan lain-lain.
Untuk itu, beberapa faktor kelemahan yang harus segera
dibenahi oleh para pengelola pendidikan Islam, antar alain ;
a. Lemahnya SDM dalam
lembaga pendidikan Islam.
b. Sarana dan prasarana
yang masih sebatas pada sarana wajib saja.
c. Lembaga pendidikan
Islam swasta umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas
dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini.
d. Output lembaga pendidikan Islam belum sepenuhnya bersaing
dengan output lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.
3.
Faktor Peluang
Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang
menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam lembaga pendidikan. Situasi
lingkungan tersebut misalnya ;
a. Kecendrungan penting
yang terjadi dikalangan peserta didik.
b. Identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat perhatian.
c. Perubahan dalam keadaan persaingan.
d. Hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya. Peluang pengembangan
lembaga pendidikan Islam antara lain :
a. Di era yang sedang krisis
moral dan krisis kejujuran seperti ini diperlukan peran serta pendidikan agama
Islam yang lebih dominan.
b. Pada kehidupan
masyarakat kota dan modern yang cenderung konsumtif dan hedonis, membutuhkan
petunjuk jiwa, sehingga kajian-kajian agama berdimensi sufistik kia menjamur.
Ini menjadi salah satu peluang bagi pengembangan lembaga pendidikan Islam
kedepan.
c. Secara historis dan
realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan
komunitas muslim terbesar diseluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat
setrategibagi pentingnya manajemen pengembangan lembaga pendidikan Islam.
4.
Faktor Ancaman
Ancama merupakan kebalikan dari sebuah peluang,
ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah
lembaga pendidikan. Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi
sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga
pendidikan itu sendiri. Contoh ancaman tersebut adalah
; minat peserta didik baru yang menurun, kurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain.
S (Kekuatan)
|
W (Kelemahan)
|
|
O (Peluang)
|
Sebuah lembaga pendidikan
harus memanfaatkan peluang menjadikan kekuatan atau sebaliknya.
|
Peluang digunakan untuk
menekan sebuah kelemahan yang ada.
|
T (Ancaman)
|
Kekuatan digunakan untuk
menekan ancaman yang terjadi.
|
Sebuah lembaga pendidikan sebulum
datang sebuah ancaman harus menutupi kelemahan-kelamahan yang ada dengan
kekuatan dan peluang.
|
BAB III
KESIMPULAN
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga
pendidikan islam sangat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam, sebab
lembaga/institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan. Lembaga
pendidikan Islam merupakan salah satu sentral pembangunan mental keagamaan di
lingkungan masyarakat yang berbeda stratifikasi sosiokulturalnya. Berkembangnya
lembaga-lembaga pendidikan Islam bersumber dari kepercayaan masyarakat berkat
motivasi pendidikan agamanya yang kemudian berkembang terus seiring dengan
tuntutan pembangunan. Lembaga pendidikan tersebut berfungsi menunjang
terjadinya proses belajar mengajar secara aman, nyaman, tertib, dan
berkelanjutan. Dengan suasana seperti itu, maka proses pendidikan dapat
diselenggarakan menuju tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Abuddin Nata. (2005). Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
-
Abu Ahmadi dan Nur
Uhbiyati. (1991) Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
-
Baharudin, Dkk. (2010) Manajemen
Pendidikan Islam. Malang. UIN Maliki-Press
-
Mujib, Abdul. .Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Penada Media. 2006
[1]
Abuddin, Nata. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta. Gaya Media Pratama.
2005
[2] Abu
Ahmadi. Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Rineka Cipta. 1991
[3]Abdul,Mujib, Op.cit,.hal 234-235.
[4]Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit.,
hlm. 235
[5]
Baharudin. Manajemen Pendidikan Islam. Malang. UIN Maliki-Press. 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar