Jumat, 28 November 2014

PSIKOLOGI BELAJAR

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar, menurut anggapan sementara orang, adalah proses yang terjadi pada otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan yang di lihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain-lain, lantas disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya, orang tidak bisa belajar jika fungsi otaknya tetanggu.
    Belajar memang mmerupakan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia. Hingga kini, para ahli tidak mengetahui seratus pesen bagaimana persis terjadinya peristiwa itu. Pada masa lalu, ada ahli yang percaya bahwa peristiwa belajar semata-mata merupakan proses kimia yang terjadi dalam sel-sel, terutama dalam sela dan saraf otak. Pendapat ini kadang-kadang dirumuskan terlalu ekstrem, seakan-akan manusia hanya kumpulan jasad kebendaansaja. Ini adalah pengaruh pandangan hidup yang materalistik, yang artinya tidak percaya adanya  jiwa atau roh.
    Memang, ilmu pengetahuan sudah menemukan bahwa pendapat bagian-bagian tubuh di otak maupun di berbagai kelenjar tubuh yang sangat mempengaruhi daya ingat kita. Walaupun demikian, pendapat yang matrealistik sudah ditinggalkan orang karena tidak terbukti kebenarannya. Belajar bukanlah semata-mata proses jasmaniah.
    Sesungguhnya masalah belajar itu demikian kompleksnya, sehingga apabila orang menganggap beberapa macam prilaku yang berbeda didistilahkan secara umum sebagai belajar, tampak bahwa pendefinisian belajar menjadi sangat kabur, karena didalamnya tercakup semua prilaku tersebut.
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengerian psikologi dan belajar?
2.    Bagaimana hubungan psikologi dan belajar?
3.    Bagaimana prespektif agama islam tentang memori dan pengetahuan?
4.    Bagaimana transfer dalam belajar?
C.    Tujuan Penulisan
1.    Menjelaskan pengertian psikologi dan belajar.
2.    Menjelaskan bagaimana hubungan psikologi dan belajar.
3.    Menjelaskan perbedaan memori dan pengetahuan dalam prespektif Psi dan agama islam.
4.    Menjelaskan bagaimana transfer belajar.
BAB II
          PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN PSIKOLOGI DAN BELAJAR
1.    Pengertian psikologi belajar
Psikologi belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan belajar. Psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Dalam perkembangan selanjutnya, karena kontak dengan  berbagai disiplin ilmu, maka lahirlah bermacam-macam definisi psikologi yang satu sama lain bebrbeda, seperti berikut.
1.    Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life)
2.    Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mine)
3.    Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior)
Menurut Crow and Crow, psichology is the study of human behavior and human relationship. Dari batasan tersebut di atas jelas bahwa yang dipelajari oleh psikologi adalah tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik yang berupa manusia maupun yang bukan manusia.
Jadi pada hakikatnya, bidang kajian psikologi banyak menyentuh bidang kehidupan diri organisme, baik manusia maupun hewan. Penyelidikan dilakukan mengenai bagaimana dan mengapa organisme-organisme itu melakukan apa yang mereka lakukan. Namun lebih khusus, psikologi lebih banyak dikaitkan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana manusia berfikir dan berperasaan.
Sedangkan belajar itu sendiri secara sederhana dapat diberi definisi sebagai aktifitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi belajar adalah sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori psikologi mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajaran.
B.    HUBUNGAN PSIKOLOGI DAN BELAJAR
Belajar adalah suatu proses terjadinya interaksi antara pelajar dan pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran , yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula. Proses belajar berlangsung melalui tahap-tahap persiapan (desain pembelajaran), pelaksanaan (kegiatan belajar mengajar) yang melibatkan pengajar dan siswa, berlangsung di dalam kelas dan di luar kelas dalam satuan waktu untuk mencapai tujuan kompetensi (kognitif, afektif dan psikomotorik) dan selanjutnya dirumuskan dalam bentuk tujuan-tujuan pembelajaran.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa antara proses perkembangan dengan proses belajar mengajar memiliki keterkaitan. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses dan perkembangan manusia, khususnya siswa.
Pengetahuan mengenai proses dan perkembangan dan segala aspeknya itu sangat bermanfaat, antara lain [11]:
1.    Guru dapat memberikan layanan dan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswa dengan pendekatan yang relefan denga tingakat perkembangannya.
2.    Guru dapat mengantisipasi kemungkinan – kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu.
3.    Guru dapat memertimbangkan waktu yang tepat dlam memulai aktifitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu.
4.    Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan – tujuan pengajaran sesuai dengan kemampuan psikologisnya
Dalam proses belajar, terjadi interaksi antara guru dan siswa. Dalam interakasi itu, terdapat peristiwa dan proses psikologis. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk dipahamidan dijadikan rambu-rambu oleh para guru dalam memperlakukan peserta didik secara tepat.
pendidik, sangat diharapkan mampu menata lingkungan psikologis ruang belajar sehingga mengandung atmosfer (suasana perasaan) iklim kondusif yang memungkinkan para siswa mengikuti proses belajar dengan tenang dan bergairah.
Ada beberapa faktor yang juga harus diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Faktor ini terdiri dari dua aspek, yaitu aspek Fisiologis (bersifat jasmaniah) dan faktor psikologis (bersifat rohaniah) dan kelelahan (bersifat jasmaniah dan rohaniah).
1.  Aspek Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi 1fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terha¬dap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah: 1) menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar; 2) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat; 3) istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehat¬an fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya. [12]

2.  Aspek psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Bebera¬pa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
3.  Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmanii (fisik) dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan muncul kecenderungan untuk membaringkan tubuh (beristi¬rahat). Kelelahan jasmani disebabkan oleh terjadinya kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan.
Upaya mengatasi kelelahan dapat dilakukan dengan cara : (1) tidur yang cukup, (2) istirahat yang cukup, (3) mengusahakan variasi dalam belajar, (4) mengonsumsi obat yang tidak membahayakan bagi kesehatan tubuh, (5) rekreasi yang teratur, (6) olahraga secara teratur, (7) mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, dan (8) konsultasi dengan dokter, psikiater, konselor, dan lain-lain apabila kelelahannya sangat serius.
4.  Lupa
Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipe¬lajari. Gulo (1982) dan Rebber (1988) dalam Syah (1996) menyatakan bahwa lupa adalah ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialarni. Lupa juga berarti ketidakmampuan untuk mengingat kembali sesuatu yang telah dialami atau dipelajari untuk sementara waktu maupun jangka waktu lama. Dalam hal ini guru di¬anjurkan untuk mendemonstrasikan dengan alas-alas peraga yang tersedia atau memberi tanda khusus pada kata istilah pokok yang tertulis di pagan tulis dengan kapur berwarna; (3) cobalah Anda selalu menyajikan pokok bahasan materi yang akan disajikan pada sesi berikutnya. Langkah ini penting ditempuli oleh guru, sebab keseimbangan antara pokok bahasan yang situ dengan lainnya dapat mengelola proses pengolahan materi bahasan tersebut dalam sistem akal siswa; (4) jika Anda menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan materi yang telah Anda sajikan kepada seseorang siswa, sebaiknya Anda memerhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) pertanyaan disampaikan secara akrab dan tidak menegangkan, (b) perta-nyaan hendaknya singkat, padat, dan jelas, dan tidak meng¬andung banyak tafsiran, (c) pertanyaan hendaknya hanya mengandung sate inasalah agar siswa dapat memusatkan proses sistem akalnya dalam mencari respons, (d) alternatif jawaban pertanyaan tidak "ya" dan "tidak" saja, (e) apabila siswa tidak mampu menjawab, Anda jangan memaksanya, sebab itu akan kehilangan muka (malu) dan ingatannya menjadi kacau, (f) segeralah Anda tawarkan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa lain agar siswa yang tidak mampu menjawab tadi dapat mengambil pelajaran dari kawannya sendiri, (g) apabila siswa berhasil menjawab, berilah pujian dan senyum seperlunya tanpa harus bersikap melecehkan siswa yang gagal menjawab pertanyaan Anda.
5.  Kejenuhan dalam Belajar
Kejenuhan bisa berarti padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun. jenuh juga bisa berati jemu atau bosan. Kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digu-nakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber 1988) dalam Syah, 1996: 165). Seorang siswa,yang mengalarni kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperolehnya dari hasil belajar tidak ada kema¬juan.
Kejenuhan juga bisa melanda siswa apabila proses belajar terjadi secara monoton, pemaksaan frekuensi belajar dan lain-lain. Upaya mengatasi kejenuhan adalah dengan terlebih dahulu mencari penyebab timbulnya kejenuhan, selanjutnya memberikan solusi terhadap kejenuhan itu. Apabila faktor penyebab kejenuhan adalah kelelahan, maka solusinya adalah beristirahat.
Dalam perspektif Islam, berkenaan dengan keberhasilan belajar seseorang (siswa) terkait dengan faktor "hidayah". Betapa pun seseorang sudah berusaha secara maksimal, apabila tidak ada hidayah dari Allah. Hidayah dalam pandangan Islam bukan pasif tetapi aktif. Hidayah tidak akan datang apabila seseorang tidak melakukan apapun. Untuk memperoleh hasil belajar yang mak¬simal, upaya belajar yang dilakukan seseorang (siswa) adalah dalam rangka. "menjemput hidayah".

C.    MEMORY DAN PENGETAHUAN DALAM PRESPEKTIF AGAMA ISLAM
1.    PERSPEKTIF AGAMA ISLAM TENTANG MEMORI/INGATAN.
Dalam ajaran Islam kita selalu dianjurkan untuk mengingat tempat kita kembali, yaitu kampung akherat. Sehingga Rasullullah bersabda “ Aktziruu minhaa dhimilladdaati” yang artinya ‘perbanyaklah dari mengingat pemotong kelezatan’. (H.R.AtTurmudzi, An Nasa’I Ibnu Majah dari hadist Abu Hurairah. Maksudnya adalah agar kita menyempitkan ingatan tentang kelezatan dunia atau dalam bahasa orang dimabuk cinta adalah keindahan dunia, sehingga kita terputus kecenderungan kita kepadanya, maka kita akan menghadap Allah Ta’ala dengan ringan dan wajah berseri tanpa beban. Kisah lain adalah ketika Aisyah RA berkata :”Wahai Rasullullah SAW! Adakah seseorang dikumpulkan bersama orang-orang yang mati Syahid?” Rasulullah menjawab “ na’am man yadlkurullmawta filyawmi wallailati isyriina marrota” artinya ‘ya, orang yang mengingat kematian sehari semalam dua puluh kali’. Maksudnya bahwa sebab keutamaan mengingat kematian ini menyebabkan kita renggang dari tipu daya dan menuntut persiapan bagi akherat.
Kisah lain diriwayatkan oleh Atha’Al Kusarani bahwa ketika Rosulullah SAW melewati suatu majlis yang dikeraskan tertawa padanya, maka beliau bersabda “ Syuubuu majlisakun bidlikri mukaddirilladdati” yang artinya ‘Campurlah majlismu dengan mengingat pengaruh kelezatan” mereka yang di majlis kertanya “apa itu pengaruh kelezatan?” Rasul bersabda “Almawta” yang artinya ’kematian’(HR Ibnu Abid Dunya) Ingatan kita terhadap kematian melembutkan hati kita, melunturkan ambisi-ambisi keduniawian, sehingga Insya Allah membuat hati kita tenang jika bertemu dengan kematian.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’Ulumiddin jilid 9 dikatakan bahwa kematian itu menakutkan dan bahayanya itu besar. Dan kelalaian manusia tentang kematian itu karena sedikitnya fikiran mereka padanya dan ingatan mereka padanya. Barang siapa mengingat kematian dimana ia tidak mengingatnya dengan hati yang kosong, tetapi disibukkan dengan nafsu Syahwat dunia, maka mengingat kematian tidak berguna dalam hatinya Maka jalan untuk mengingat kematian adalah bahwa seorang hamba mengosongkan hatinya dari setiap sesuatu selain dari mengingat kematian yang dihadapannya, Agar membekas dihatinya.

Untuk bertemu dengan kematian diri maka hendaknya kita mengingat tentang kematian orang –orang yang sudah mati serta biarkan imajinasi kita merangkaikan proses membusuknya bangkai dalam tanah, bayangkan pula orang-orang yang telah ditinggalkannya, ingat akan cita-citanya, semangatnya, angan-angannya, dan lain-lain hingga diperoleh pelajaran darinya.

Dari penjelasan tersebut di atas Islam menganjurkan kita untuk selalu memperbaharui ingatan atau memori ini agar tidak tinggal diam. Karena memori bukan merupakan sesuatu yang statis. Memori bersifat aktif dan selalu terkait dengan hati dan pikiran dan realitas kehidupan.
2.    Pengetahuan dalam prespektif agama islam
   



D.    TRANSFER DALAM BELAJAR
1.    Pengertian Transfer Belajar
Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata, yaitu transfer dan belajar. Kata transfer diambil dari bahasa Inggris yang artinya pergantian, serah terima, atau pemindahan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor . Secara istilah transfer belajar (transfer of learning) berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan sekolah . Menurut para pakar psikologi terdapat berbagai perbedaan rumusan tentang transfer belajar, yakni :
a.    Alice Crow mengatakan bahwa transfer belajar adalah the process of carrying over habbits of thinking, know-ledge, or skill from one learning area another.
b.    Herbert Sorenson dalam bukunya Psychology in Education menyatakan bahwa transfer adalah the process by which something learned in one situation is used in another.
c.    William Clark Traw mengatakan bahwa transfer in the name for the fact that the experience of learning in one situation influences learning and performance in  other situation.

2.    Beberapa Teori Transfer Belajar
Teori transfer belajar adalah pemikiran atau pendapat mengenai bagaimana transfer belajar itu sendiri.
a.    Teori Disiplin Formal
Teori ini didasari oleh ilmu jiwa daya. Menurut ilmu jiwa itu tersusun dari beberapa macam daya (misalnya pikiran, ingatan, perasaan, dan lain-lain). Masing-masing daya itu dapat diperbaiki melalui latihan-latihan. Teori belajar menurut psikologi daya dikenal paralel dengan teori transfer belajarnya. Teori transfer belajar menurut psikologi daya adalah bahwa baiknya setiap fungsi sebagai akibat mempelajari bahan tertentu akan tertransfer dalam mempelajari bahan apa pun juga yang tidak ada hubungannya dengan bahan latihan itu.
b.    Teori Komponen-Komponen Identik
Teori Identical Element dan Identical Components mempunyai pendapat yang sama dalam memandang transfer belajar. Menurut teori ini, transfer terjadi jika antara situasi yang lalu atau hasil belajar yang lalu dengan situasi yang dihadapi terdapat aspek-aspek yang sama. Dengan kata lain, transfer terjadi hanya bila kedua peristiwa belajar itu terdapat unsur-unsur yang identik. Komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar itu tak terbatas pada bahan pengajaran, tetapi termasuk juga hal-hal seperti metode belajar-mengajar, sikap, dan berbagai kemampuan khusus yang dimiliki oleh anak didik.
c.    Teori Generalisasi
Pandangan ini dikemukakan oleh Charles Jud (1873-1946) yang berpendapat bahwa transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola, dan prinsip-prinsip umum. Apabila anak didik mampu mengembangkan konsep, kaidah, prinsip, dan siasat-siasat untuk memecahkan persoalan, anak didik it mempunyai bekal yang dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain di luar bidang studi, dimana konsep, kaidah, prinsip, dan siasat mula-mula diperoleh. Anak didik itu mampu melakukan generalisasi, yaitu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus.

3.    Struktur Kognitif dan Transfer Belajar
Mengingat pengetahuan tentang sejum;ah materi pelajaran cenderung diorganisasi secara berurutan dan hierarki, dan apa yang telah diketahui anak didik dan sejauh mana anak didik mengetahuinya, jelas mempengaruhi kesiapan (readiness) anak didik mempelajari hal-hal baru.
Dalam pengertian yang lebih umum dan jangka panjang, variabel “struktur kognitif” merupakan substansi serta sifat organisasi yang signifikan terhadap keseluruhan pengeahuan anak didik mengenai bidang studi tertentu, yang mempengaruhi prestasi akademis dalam bidang pengetahuan yang sama di masa memndatang. Dalam pengertian yang lebih khusus dan jangka pendek variabel “struktur kognitif” merupakan substansi serta sifat organisasi konsep-konsep dan hal-hal yang lebih relevan di dalam struktur kognitif yang mempengnaruhi belajar dan pengingatan unit-unit kecil materi pelajaran baru yang berhubungan.
Dalam proses belajar yang bermakna,, untuk mencapai pengertian-pengertian baru dan penyimpanan yang baik, materi belajar selalu dan hanya dapat dipelajari bila dihubungkan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta informasi-informasi yang relevan yang telah dipelajari sebelumnya.



4.    Ragam Transfer Belajar
a.    Transfer Positif
Yaitu transfer yang  berakibat baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif memungkinkan seseorang anak didik dalam menghadapi situasi yang baru memperoleh kebaikan-kebaikan, dan bahkan dalam menghadapi itu dapat lebih efektif dan efisien.
b.    Transfer negatif
Yaitu transfer yang berakibat buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer dikatakan negatif bila dalam penggunaan hasil belajar untuk menghadapi situasi baru mengalami hambatan, kesulitan, kerusakan, dan sebagainya.
c.    Transfer Vertikal
Yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan belajar dalam mempelajari pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit. Tranfer vertikal dapat terjadi dalam diri seorang anak bila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu anak tersebut dalam menguasai penngetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit.
d.    Transfer Lateral
Yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Transfer lateral dapat terjadi dalam diri anak didik bila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain.
5.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar
a.    Taraf Inteligensi dan Sikap
Faktor ini berasal dari anak didik, dan berkisar pada masalah kapasitas dasar (kemampuan dasar), sikap, minat anak didik, dan lain sebagainya. Kapasitas dasar atau kemampuan dasar adalah membantu timbulnya transfer belajar.
b.    Metode Guru dalam Mengajar
Faktor ini berasal dari guru dan berkisr antara lain pada penguasaan persiapan, alat peraga, pemilihan bahan, dan sebagainya. Dengan bahan yang sama akan menghasilkan hasil yang berbeda, disebabkan perbedaan dalam pemakaian metode mengajar. Hasil belajar yang dihasilkan dengan penggunaan metode diskusi akan berlainan hasilnya jika guru menggunakan metode ceramah. Kadar kemampuan yang dihasilkan dengan metode diskusi tentu saja lebih tinggi dari pada kadar kemampuan yang dihasilkan dengan metode ceramah.
c.    Isi Mata Pelajaran
Hubungan antara mata pelajaran satu dengan yang lain menjadi penengah yang dapat menimbulkan transfer belajar. Suatu mata pelajaran yang dapat dikuasai bisa dijadikan landasan untuk menguasai mata pelajaran lain yang relevan, baik kaidah maupun prinsip-prinsipnya.


















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
•    Pengertian psikologi belajar : sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori psikologi mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajaran
•    .Hubungan psikologi dengan belajar : Dalam proses belajar, terjadi interaksi antara guru dan siswa. Dalam interakasi itu, terdapat peristiwa dan proses psikologis. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk dipahamidan dijadikan rambu-rambu oleh para guru dalam memperlakukan peserta didik secara tepat.pendidik, sangat diharapkan mampu menata lingkungan psikologis ruang belajar sehingga mengandung atmosfer (suasana perasaan) iklim kondusif yang memungkinkan para siswa mengikuti proses belajar dengan tenang dan bergairah.
•    Memori dan pengetahuan dalam prespektif agama islam:
Islam menganjurkan kita untuk selalu memperbaharui ingatan atau memori ini agar tidak tinggal diam. Karena memori bukan merupakan sesuatu yang statis. Memori bersifat aktif dan selalu terkait dengan hati dan pikiran dan realitas kehidupan.
•    Pengertian transfer belajar : Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata, yaitu transfer dan belajar. Kata transfer diambil dari bahasa Inggris yang artinya pergantian, serah terima, atau pemindahan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor . Secara istilah transfer belajar (transfer of learning) berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan sekolah


DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur. Tahun 2003. Psikologi umum. Penerbit Pustaka Setia. Cetakan ke-1n
Winkel, W.S, Tahun 2004. Psikologi pengajaran. Yogyakarta, Media Abadi
Djamaroh. Syaiful bahri. Tahun 2002. Psikologi belajar. Jakarta, Rineka Cipta
Sukma dinata. Tahun 2005. Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung, Rosda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar