Jumat, 28 November 2014

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Nama        : Ananda Heristina R.S (D03212003)
Judul Buku    : Sosiologi Pendidikan (2011)
Pengarang     : Prof. Dr. S. Nasution, MA
Penerbit    : Bumi Aksara

BAB 1 – Sosiologi Pendidikan
Memberikan definisi sosiologi pendidikan tidak mudah, karena kebanyakan tidak terpakai oleh orang lapangan. Kuliah yang diberikan dalam sosiologi pendidikan banyak merupakan campuran bahan dari pendidikan dan sosiologi. Masih dihadapi kesulitan dalam membangun suatu disiplin baru yang disebut sosiologi pendidikan. Kuliah pertama dalam sosiologi pendidikan di Amerika Serikat diberikan pada tahun 1907. Pada tahun 1914 mata kuliah itu telah disajikan pada 16 lembaga pendidikan tinggi. Setelah perang dunia II ada lembaga pendidikan guru yang mendirikan “departmen of educational sociology”. Namun kemudian pada tahun 1926-1947 tampak keunduran pada bidang studi ini, antara lain karena sosiologi pendidikan digantikan oleh kuliah-kuliah lain dalam sosiologi.
Tujuan sosiologi pendidikan itu sendiri terbagi menjadi 7, yaitu:
1.    Sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi.
2.    Sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat.
3.    Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan di antara sekolah dengan masyarakat.
4.    Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial.
5.    Sosiologi pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan.
6.    Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan.
7.    Sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan.
Pokok-pokok penelitian sosiologi pendidikan:
1.    Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat.
a.    Fungsi pendidikan dalam kebudayaan .
b.    Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan.
c.    Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo.
d.    Hubungan pendidikan dengan sistem tingkat atau status sosial.
e.    Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural, dan sebagainya.
2.    Hubungan antar manusia di dalam sekolah.
a.    Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah.
b.    Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah.
3.    Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah.
a.    Peranan sosial guru-guru.
b.    Hakikat kepribadian guru.
c.    Pengaruh kepribadian guru terhadap kelakuan anak.
d.    Fungsi sekolah dalam sosialisasi murid.
4.    Sekolah dalam masyarakat.
a.    Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah.
b.    Analisis proses pendidikan.
c.    Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan.
d.    Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat bertalian dengan organisasi sekolah.
BAB 2 – Pendidikan dan Masyarakat
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik. pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya pada generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa ang diharapkan oleh masyarakat. Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial. Tiap masyarakat meneruskan kebudayaanya dengan beberapa perubahan pada generasi muda melalui pendidikan melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai soialisasi. Belajar adalah sosialisasi yang kontinu. Setiap individu dapat enjadi urid dan dapat menjadi guru. Individu belajar dri lingkungan sosialnya dan juga mengajar dan mempengaruhi orang lain. Melalui pendidikanlah kepribadian seseorang terbentuk, hampir keseluruhan kelakuan individu dipengaruhi orang lain. Maka dari itu kepribadian pada hakikatnya adalah gejala sosial. Aspek-aspek yang sama yang terdapat pada kelakuan semua orang di dalam masyarakat dapat disebut kebudayaan masyarakat. Kepribadian individu selalu berhubungan dengan kebudayaan dimana dia tinggal. Perkembangan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor biologis, lingkungan alamiah, dan lingkungan sosial budaya. Mengutamakan salah satu aspek memberikan gambaran yang kurang tepat. Kepribadian tidak dapat dilepaskan dari aspek biologis. Adanya organisasi untuk penginderaan serta siste syaraf erupakan syarat mutlak untuk belajar dengan menangkap, mengolah perangsang-perangsang dari luar serta menyimpannya. Semua orang hidup dalam kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lambang, khususnya bahasa. Lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yakni unsur sosial dan unsur budaya. Fungsi sekolah yang utama ialah pendidikan intelektual, yakni mengisi otak dengan berbagai macam pengetahuan. Dalam pendidikan formal yang biasanya memegang peranan utama adalah guru. Kurikulum pada umumnya juga ditentukan oleh petugas pendidikan. Walaupun banyak kritikan terhadap pendidikan dan guru, walaupun sistem pendidikan banyak mengandung kelemahan, namun pada umumnya banyak yang perxcaya akan manfaat pendidikan. Fungsi sekolah adalah sebgai berikut:
a.    Sekolah empersiapkan anak untuk suatu pekerjaan
b.    Sekolah memberikan keterampilan dasar
c.    Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib
d.    Sekolah menyediakan tenaga pembangunan
e.    Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial
f.    Sekolah mentransmisi kebudayaan
g.    Sekolah membentuk manusia yang sosial
h.    Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan
Dalam arti luas Kontrol sosial diartikan sebagai usaha atau tidakan dari seseorang atau suatu pihak untuk mengatur kelakuan orang lain. Banyak dari kelakuan setiap orang dipengaruhi oleh tindakan dan harapan-harapan orang lain. Jika itu dapat diinternalisasikan maka akhirnya akan menjadi norma bagi kelakuan individu dan sebagai daya pengontrol. Sedangkan dalam arti sempit diartikan sebagai pengendalian eksternal atas kelakuan individu oleh orang lain yang memegang kekuasaan. Kontrol langsung di sekolah bersumber pada kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada guru akan tetapi ia juga memiliki tanggungjawab yang lebih besar pula daripada guru atas apa saja yang terjadi di sekolah. Alat kontrol dalam pendidikan antara lain berupa syarat pemilihan dan pengangkatan guru, serta peraturan-peraturan kepegawaian. Alat lain yang sangat ampuh adalah kurikulum sekolah sebagai usaha untuk mebentuk manusia sesuai dengan filsafat serta cita-cita bangsa dan negara. Kontrol eksternal biasanya diterima dan disetujui oleh guru-guru dan diinternaisasikan dalam sikap mereka lalu menjadi norma yang dijadikan pegangan dalam kelakuan dan tindakan mereka sebagai pelajar. Profesi keguruan pada umumnya bercorak konservatif. Guru-guru kebanyakan bergaul dengan sesama guru sehingga mereka menginternalisasikan nilai-nili dan norma-nora yang sama. Walaupun dunia ini dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi namun mengenai nilai kepercayaan, kebiasaan, dan norma-norma manusia itu pada uumnya konservatif. Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat berbeda-beda. Aspek-aspek kebudayaan seperti adat-istiadat yang disampaikan turun temurun dalam bentuk aslinya, akan tetapi bnyak pula yang mengalami perubahan terutama dalam masyarakat moderen. Di samping itu terdapat perbedaan kecepatan perubahan dalam berbagai as[ek kehidupan bermasyarakat. Usaha untuk mencegah perubahan tidak selalu mudah karena sering ada hubungan antara perubahan materiil dengan perubahan kultural. Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan, mentransmisi kebudayaan. Dalam fungsi ini sekolah itu konservatif dan berusaha mempertahankan status quo demi kestabilan politik, kesatuan, dan persatuan bangsa.

BAB 3 – Pendidikan dan Stratifikasi Sosial
Dalam tiap masyarakat orang menggolongkan masing-masing dalam berbagai kategori, dari lapisan yang palng atas hingga lapisan yang paling bawah. Dengan demikian terjadilah stratifikasi sosial. Konsep tentang golongan sosial bergantung pada cara seorang menentukan golongan sosial itu. Adanya golongan sosial karena adanya perbedaan status di klangan anggota masyarakat. Untuk menentukan stratifikasi sosial ada 3 metode yakni:
a.    Metode obyektif. Stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria obyektif.
b.    Metode subyektif. Stratifikasi ditentukan melalui pandangan masyarakat menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat tersebut.
c.    Metode reputasi. Stratifikasi ditentukan menurut bagaimana masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Stratifikasi sosial dalam masyarakat Indonesia jelas tampak pada jaman feodal dan kolonial. Setelah merdeka terbentuk stratifikasi lain berdasarkan kedudukan. Golongan sosial sangatlah menentukan lingkungan sosial seseorang. Sistem golongan sosial menimbulkan batas-batas dan rintangan ekonomi, kultural, dan sosial yang mencegah pergaulan dengan golongan-golongan lain. Dalam berbagai studi, tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh seseorang digunakan sebagai indek kedudukan sosialnya. Menurut penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antar kedudukan sosial seseorang ddengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi oleh sebab anak golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai ke perguruan tinggi. Orang yang termasuk golongan sosial atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagai persiapan untuk pendidikan tinggi. Karena biaya pendidikan tinggi pada umumnya mahal, tidak semua orang tua mampu membiayai anakanya hingga ke pendidikan tinggi. Demikian pula dengan mata peljaran yang berkaitan dengan perguruan tinggi memnpunyai status yang lebih tinggi pula. Semula orang menganggap bahwa te inteligensi sungguh-sungguh mengungkapkan bakat sebagai pembawaan yang konstan selama hidup. Selain itu ternyata pula bahwa tes IQ mengandung “bias” karena pada umumnya tes disusun untuk anak-anak golongan menengah. Namun pada umumnya dapat diduga adanya perbedaan bakat atau pembawaan di antara anak-anak dari berbagai golongan. Ada pla kemungkinan terdapatnya perbedaan tentang partisipasi dalam berbagai kegiatan ekstrakrikuler yang memerlukan waktu dan biaya. Untuk mengetahuihubungan sosial antara murid-murid dalam kelas, biasanya menggunakan metode sosiometri dan hasilnya sosiogram. Dalam tiap masyarakat moderen terdapat mobilitas sosial yang cukup banyak. Mobilitas sosial ini terus berlangsungt karena dibutuhkannya sejumlah besar tenaga teknis dan profesional. Selain itu mobilitas sosial dapat memperlemah solidaritas kelompok karena mereka yang beralih golongan sosial akan menerima norma-norma baru dari golongan yang dimasukinya. Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik dalam masyarakat. Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Pendidikan membuka kemungkinan adanya mobilitas sosial. Pada umumnya di negara demokrasi orang sukar menerima adanya golongan-golongan sosial dalam masyarakat. Menurut undang-undang semua warga negara sama. Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat yang setinggi-tingginya.

BAB 4 – Pendidikan dan Hubungan Antar Kelompok
Bermacam-macam teori telah dikemukakan untuk menjelaskan gejala prasangka. Penjelasan yang paling dahulu ialah memandangg prasangka sebagai sesuatu yang wajar yang dengan sendirinya timbul bila terjadi hubungan antara dua kelompok yang berlainan. Perasaan itulah yang menimbulkan etnosentrisme, yaitu perasaan loyalitas terhadap kelompok sendiri dan rasa bermusuhan terhadap semua yang mengancam rasa kekompakan itu. Teori lain yang mencoba menjelaskan sebagai hakikat manusia yakni sebagai instink. Dari berbagai faktor yang dapat menimbulkan prasangka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memahami prasangka harus kita menggunakan pendekatan yang multi-dimensional. Prasangka dapat memenuhi kebutuhan, dapat di pelajari dengan berbagai cara. Prasangka dapat merupakan pernyataan dari sikap lingkungan individu, atau pernyataan dari kepribadian. Menurut penelitian, makin tinggi pendidikan seseorang makin kurang prasangkanya terhadap golongan lain, makin toleran sikapnya terhadap golongan minoritas. Sekolah biasanya terlampau memusatkan perhatian kepada pendidikan akademis. Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian ialah memupuk hubungan sosial di kalangan murid-murid. Tiap-tiap sekolah perlu memperhatikan hubungan antar mrid dan antar kelompok, terlebih-lebih jika terdapat di dalamnya apa yang dianggap minoritas. Berbagai usaha dapat dijalankan untuk memperbaiki hubunganh antar kelompok, walaupun kekuasaan sekolah sering sangat terbatas. Usaha tersebut dilakukan dengan cara pemberian informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya. Kontak antara dua golongan btidak akan membawaerubahan bila dipertemukan dua orang yang sesuai dengan stereotip tiap golongan. Maka adanya hubungan itu saja belum menjamin timbulnya persahabatan atau toleransi tyang lebih besar. Efektivitas program khusus tentang hbungan antar kelompok tidak mudah dinilai. Kebanyakan program itu bercorak pemberian  informasi yang kemudia di uji dengan tes tertulis. Program-program tentang hubungahn antar golongan dapat dilakukan menurut pola pelajaran lainnya, yakni dengan menyampaikan informasi. Prasangka dapat pula menjadi aspek kebudayaan yang diperoleh melalui proses sosialisasi, melalui situasi-situasi yang dihadapi anak dalam hidupnya.

BAB 5 – Masyarakat dan Kebudayaan sekolah
Manusia adalah makhluk sosial. Ia hidup dalam hubungannya dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain. Masyarakat sangat luas meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang besar maupun kecil tergantung pada jumlah anggotanya. Dalam pengelompokan sering dibedakan kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer atau gemeinschaft adalah kelompok pertama dimana ia mula-mula berinteraksi dengan orang lain. Dalam kelompok ini terdapat hubunganj temu muka langsung dalam suasana akrab dan dalam kelompok ini mempelajari kebiasaan fundamental. Sedangkan kelompok sekunder atau gesellschaft adalah kelompok yang sengaja ibentuk atas pertimbangan tertentu berdasarkan kebutuhan tertentu. Anggotanya mungkin tak saling bertemu. Kelompok ini dapat hidup lama melampaui satu generasi. Penggolongan lain terutama berdasarkan fungsinya ialah orang dalam dan orang luar. Untuk mempelajari kebudayaan suatu masyarakat kita harus minta bantuan dalam menganalisis masyarakat. Hubungan antara individu itu bukan sepihak melainkan timbal balik. Kebudayaan juga mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial. Kebudayaan dapat dipandang sebagai cara-cara mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Kebudayaan dipengaruhi oleh lingkungan fisik. Kebudayaan juga dipengaruhi oleh kontak dengan kebudayaan lain. Dalam kebudayaan dapat dibedakan kebudayaan eksplisit yang dapat diamati  secara langsung dalam kelakuan verbal maupun non-verbalpada anggota masyarakat. Dengan nilai-nilai kebudayaan anggota masyarakat mengetahui apakah layak, pantas, baik, atau seharusnya. Nilai-nilai dapat bersifat positif maupun negatif. Tidak seluruh kebudayaan dapat dituruti oleh setiap anggota masyarakat. Ada diantaranya boleh diikuti semua atau universal, dan ada pula yang memungkinkan pilihan atau alternatif. Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dari murid-murid. Kehidupan di sekolah serta norma-norma yang berlaku dapat disebut kebudayaan sekolah. Kegiatan belajar yang berpusat dalam ruang kelas hanya dapat berjalan lancar karena adanya pola-pola kebudayaan sekolah yang menentukan kelkuan yang diharapkan dari murid-murid dalam proses belajar mengajar. Interaksi yang terus-menerus antara guru dan murid mengharuskan masing-masing memahami norma-norma kelakuan serta isyarat-isyarat yang melambangkan norma-norma tertentu. Norma-norma di sekolh juga harus memperhatikan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Dalam kelas gurulah daya utama yang menentukan norma-norma di dalam kelasnya.

BAB 6 – Struktur Sosial Sekolah
Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan anggota-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarki. Struktur itu memungkinkan sekolah menjalankan fungsinua sebagai lembaga edukatif dengan baik. Kedudukan atau status menentukn posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain. Status atau kedudukan individu mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang. Peranan mencakup kewajiban dan hak yang bertalian dengan kedudukan. Kedudukan seseorang ada yang diperoleh berdasarkan kelahiran, ada pula yang diperoleh sendiri berkat usaha individu. Setiap orang yang menjadi anggota suatu kelompok mempunyai bayangan tentang kedudukan masing-masing dalam kaelompok itu. Biasanya gambaran seseorang tentang berbagai kedudukan itu bercorak pribadi dan berkaitan dengan tokoh tertentu. Dalam tiap kedudukan, individu diharapkan menunjukkan pola kelakuan tertentu, menjalankan peranan tertentu. Peranan menentukan kelakuan yang diharapkan dalam situasi sosial tertentu. Pada umunya dapat dibedakan dua tingkat dalam struktur sosial sekolah yakni yang berkenaan dengan orang dewasa dan berkenaan dengan sistem kedudukan dan hubungan antara murid-murid. Di kalangan guru sering terjadi pengelompokan atau pembentukan “klik” (clique) yang bersifat informal. Hubungan dalam “klik” informal itu sering memegang peranan dalam mengambil berbagai keputusan. Maka besar faedahnya bila kepala sekolah mengetahui tentang adanya berbagai kelompok serta hubungan antr-kelompok itu, atau pertentangan diantaranya. Sekolah bagi murid dapat dipandang sebagai sistem persahabatan dan hubungan-hubungan sosial. Ada dua metode utama untuk mempelajari struktural informal pelajar. Yang pertama yakni teknik sosiometri. Dan yang kedua yakni metode partisipasi-observasi. Murid-murid satu kelas yang pada umumnya mempunyai usia yang sama cenderung untuk menjadi suatu kelompok yang merasa dirinya kompak dalam meghadapi kelas lain, bahkan menghadapi gurunya. Kedudukan atasan dan kekuasaan murid-murid kelas tinggi diperkuat oleh berbagai tugas kehormatan yang diberikan kepada mereka. Pada umumnya tidak diadakan diferensiasi kurikulum berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Belajar sebagai kegiatan utama di sekolah ada pertaliannya dengan struktur sosial murid-murid. Berhasil tidaknya seorang murid menentuka kedudukan dalam akelompoknya. Pengelompokan atau pembentukan “klik” (clique) mudah terjadi di sekolah. Suatu klik terbentuk bila dua orang atau lebih saling merasa persahabatan yang akrab. Keanggotaan klik bersifat sukarela dan tak-formal. Anggota klik merasa diri bersatu dan kuat dan penuh kepercayaan berkat rasa persatuan dan kekompakan itu. Bila klik ini mempunyai sikap anti sosial maka dapat menjadi “geng”. Struktur klik juga bertalian dengan struktur ekologi masyarakat. Hubungan antar anggota klik dapat dilanjutkan dan dipererat mellui percakapan telefon diantara mereka. Batas-batas antar-golongan dapat diterobos berkat pergaulan jangka lama. Selain pengelompokan yang tak-formal terdapat pula perkumpulan yang mempunyai pengurus, seperti OSIS. Berbagai hal di luar sekolah yang dapat mempengaruhi sistem sekolah, antara lain:
1.    Pengaruh terhadap peranan murid
2.    Pengaruh terhadap peranan guru
3.    Pengaruh terhadap sekolah
BAB 7 – Peranan guru di Sekolah dan dalam Masyarakat
Peranan guru di sekolah di tentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar, pendidik, dan sebagai pegawai. Ia harus menunjukkan kelakuan yang layak bagi guru menurut harapa masyarakat. Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan kecaman yang lebih tajam. Guru yang demikian akan merusak murid-murid yang dipercayakan kepadanya. Sebaliknya harapan-harapan masyarakat tentang kelakuan guru menjadi pedoman bagi guru. Guru-guru memperhatikan tuntutan masyarakat tentang kelakuan yang layak bagi guru dan menjadikannya sebagai norma kelakuan dalam segala situasi sosial di dalam dan di luar sekolah. Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta bahwa ia orang dewasa. Dalam masyarakat kita orang dewasa harus dihormati. Sebagai pegawai kedudukan guru ditentukan oleh pengalaman kerja, golongan, ijazah, dan lam kerjanya. Peranan guru alam hubungannya dengan murid  bermacam-macam menurut situasi interaksi soial yang dihadapinya, yakni situasi formal dan informal. Peranan guru dalam masyarakat antara lain bergantung pada gambaran masyarakat tentang kedudukan guru. Kedudukan guru berbeda dari negara ke negara, jaman ke jaman. Pekerjaan guru selalu dipandang dalam hubungannya dengan ideal pembangunan bangsa. Pekerjaan guru tidak boleh dikaitkan dengan penghargaan materiel belaka. Namun guru tak dapat tiada harus menggunakan pekerjaanya sebagai alat untuk mencari nafkah untuk keluarganya. Dengan pemogokan guru menonjolkan aspek materialistis yang dianggap kurang sesuai dengan cita-cita pendidikan yang bersifat idealistis. Dan dapat merendahkan martabat guru dan akan mendapat tantangahn dari kalangan guru-guru sendiri . dirasa kurang layak apabila guru berbicara tentang bayaran. Sebagai pegawai negeri dan anggota KORPRI tiap guru harus menaati segala peraturan kepegawaian dalam melakukan tugasnya. Berdasarkan kekuasaan yang dipegang oleh kepala sekolah terbuka kemungkinan baginya untuk bertindak otoriter. Guru-guru cenderung bergaul dengan sesama guru. Karena guru terikat oleh norma-norma menurut harapan mayarakat yang dapat menjadi hambatan untuk mencari pergaulan dengan golongan lain yang tidak dibebani oleh tuntutan-tuntutan tentang kelakuan tertentu.

BAB 8 – Kepribadian Guru
Guru merupakan sumber pengetahuan utama bagi murid-muridnya, namun pada umumnya orang tidak memandang guru sebagai orang yang pandai yang mempunyai inteligensi yang tinggi. Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus menjalankan peranannya menurut kedudukannya dalam berbagai situasi sosial. Kelakuan yang tidak sesui akan mendapat kecaman dan harus dielaknya dan sebaliknya jika kelakuan sesuai akan dimantapkan dan norma-norma kelakuan akan diinternalisasikan dan menjadi suatu aspek dari kepribadiannya. Berikut adalah ciri-ciri stereotip guru yaitu:
a.    Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel,
b.    Guru pandai menahan diri,
c.    Guru cenderung untuk menjauhkan diri,
d.    Guru berusaha menjaga harga diri,
e.    Guru cenderung bersikap otoriter dan menggurui,
f.    Guru cenderung bersikap konservatif,
g.    Guru pada umumnya tidak didorong motivasi yang kuat untuk menjdi guru,
h.    Guru pada umumnya tidak mempnyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan,
i.    Guru cenderung untuk mengikuti pimpinan,
j.    Guru dipandang kurang agresif,
k.    Guru cenderung untuk memandang guru-guru sebagai kelompok yang berbeda dari golongan pekerjaan lain,
l.    Guru menunjukkan kesediaan untuk berbakti dan berjasa.
Berdasarka penelitian, bahwa adanya guru yang mengalami gangguan mental. Akan tetapi penelitian itu tidk menunjukkan apakah gangguan mental tersebut lebih banyak pada kalangan guru daripada profesi lain. Phillips melaporkan bahwa calon-calon guru menunjukkan stabilitas emosional yang lebih tinggidaripada guru, jadi tampaknya gangguan mental disebabkan karena pekerjaannya.

BAB 9 – Peranan Guru dan Kelakuan Murid
Hubungan guru dan murid banyak ragamnya bergantung pada guru, murid serta situasi yang dihadapi. Tiap guru mempunyai hubungan yang berbeda menurut pribadi dan situasi yang dihadapi. Respon anak terhadap guru berbeda-beda bergantung pada berbagai faktor. Untuk mempelajarinya kita dapat berpegang paa tipe-tipe guru yaitu yang otoriter-dominatif dan yang demokratis-integratif.  Proses pendidikan banyak terjadi dalam interaksi sosial antara guru dan murid. Sifat interaksi ini banyak bergantung pada tindakan guru yang ditentukan antara lain oleh tipe peranan guru. Pada umumnya guru yang disenangi adalah guru yang sering dimintai nasihatnya, yang mau diajak bercakap-cakap, tidak menunjukkan superiotasnya, selalu ramah, dan selalu berusaha memahami anak didiknya. Tak semua perbuatan anak diakibatkan oleh perbuatan guru. Juga tidak dapat dipastikan baha kelakuan anak ada hubungannya dengan kelakuan guru. Hasil belajar murid bergantung pada kemampuan guru mengajar, namun dri sekolah diharapkan agar anak dikembangkan menjadi warga negara yanf baik, yang mengenal, menghargai serta menerapkan nilai-nilai dn norma yang dijinjung tinggi oleh bangsa dan negara. Dalam negara yang demokrasi diinginkan terbentuknya anak-anak dan warga negara yang demokratis, yang suka memberi sumbangan pikiran dan turut berpartisipasi dalam pemecahan masalah, yang spontan dan menunjukkan inisiatif. Guru hendaknya mengenal masyarakat agar dpat berusaha menyesuaikan pelajaran dengan keadaan masyarakat, sehingga relevan.

BAB 10 – Sosialisasi dan Penyesuaian Diri di Sekolah
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial. Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yanng harus dimiliki dan diikutinya, agar menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus. Sosialisasi dapat dianggap sama dengan pendidikan. Dalam sosialisasi individu belajar tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaanlainnya, juga keterampilan sosial. Sosialisasi terjadi melalui “conditioning” oleh lingkungan yang menyebabkan individu mempelajari pola kebudayaan yang fundamental. Dalam interaksi anak lambat laun mendapat kesadaran akan dirinya sebagai pribadi. Proses sosialisasi tidak selau berjalan lancar karena adanya sejumlah kesulitan, yaitu komunikasi dan pola kelakuan yang berbeda-beda. Kesulitan lain dalam proses sosialisasi adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat modernisasi, industrialisasi, dan urbanisasi. Sekolah memgang peranan penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggungjawab atas pendidikan anak. Untuk mengetahui sampai manakah pendidikan sosial di sekolah dilakukan, diperlukan mempelajari hal-hal berikut:
a.    Nilai-nilai yang dianut sekolah.
b.    Corak kepemimpinan.
c.    Hubungan antar-murid.
Pada umumnya nilai-nilai yang dinut sekolah sejalan dengan yang berlaku dalam masyarakat sekitarnya. Ada pula norma-norma yang dianut masyarakat perlu diperhatikan oleh sekolah. Nilai-nilai sekolah juga ditentukan oleh guru. Di sekolah nilai-nilai bertalian pada aspek akademis atau intelektual mendapat penghargaan khusus. Prestasi akademis dijunjung tinggi  dan dengan demikian juga semua akan menjadi lebih baik. Dalam sejarah pendidikan, berbagai usaha telah dilakukan agar pelajaran sekolah seuai dengan minat banak dan kebutuhan masyarakat. Walaupun banyak macam kurikulum yang telah dianjurkan dan dicobakan, pada saat ini umumnnya masih kebanyakan kurikulum berpusat pada disiplin ilmu, jadi bersifat subject-centered yang mengutamakan studi akademis. Pada umumnya dapat kita bedakan dua macam iklim sosial yang ekstrem, yakni iklim yang demokratis dan otokratis. Dalam banyak hal murid harus bersaing dengan murid-murid lain. Persaingan tersebut menonjol pada hal angka-angka. Ada usaha untuk melenbyapkan suasana persaingan yaitu dengan menghapuskan angka-angka dan mengganti daftar nilai dengan laporan bentuk uraian. Dalam masyarakat sendiri persaingan muncul dalam usaha untuk meningkatkan mutu serta melebihi lawan. Di samping persaingan terdapat jiwa kerjasama dalam sekolah, masyarakat dan alam. Kerjasama sangat dihargai dalam masyarakat karena itu sudah selayaknya dipupuk sejak dini. Pola kelakuan anak diperolehnya dari proses sosialisasi, yaitu dalam situasi-situasi sosial dan interaksi dengan masyarakat sekitarnya. Guru-guru dan orang tua pada umumnya mengharapkan anak-anaknya mempelajari yang telah diajarkan dan ditugaskannya. Tiap murid harus menguasai keterampilan membaca, menulis, dan berhitung serta bidang studi lainnya.

BAB 11 – Masyarakat dan Pendidikan
Pada dasarnya setiap sekolah mendidik anak agar menjai anggota masyarakat yang berguna. Namun pendidikan di sekolah sering kurang relevan dengan kehidupan mayarakat. Sekolah yang berorientasi penuh kepada kehidupan masyarakat disebut sekolah mayarkat atau community school. Sekolah ini berprientasi pada masalah-masalah kehidupan masyarakat. Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat diturutsertakan. Banyak kesulitan yang dihadapi bila menjalankan sekolah serupa itu. Msyarakat terdiri atas sekelompok manusia yang menempati daerah tertentu, menunjukkan integrasi berdasarkan pengalaman bersama berupa kebudayaan, memiliki sejumlah lembaga yang melayani kepentingan bersama, mempunyai kesadaran akan kesatuan tempat tinggal dan bila perlu dapat bertindk bersama. Tiap masyarakat mempunyai istem nilai sendir yang coraknya berbeda dengan masyarakat lain. Dalam sistem nilai itu senantiasa terjalin nilai-nilai kebudayaan nasional dengan nilai-nilai lokal yang unik. Dalam nilai-nilai itu terdapat jenjang prioritas. Tiap sekolah, tiap guru harus mengenali lingkungan sosial tempat ia berada agar ia dapat memahami latar belakang kultural anak dan jangan mengucapkan atau berbuat sesuatu yang menentang norma-norma yang dianut oleh masyarakat. Untuk mempelajari suatu masyarakat secara lebih mendalam, kita dapat mempelajari berbagai aspek seperti: struktur penduduk, stratifikasi sosial, agama, aliran politik, pendidikan, kesehatan, ekonomi, kejahatan, dan sebagainya. Sistematik yang dapat kita jadikan pegangan adalah:
a.    Demografi
b.    Ekologi
c.    Sejarah
d.    Kegiatan-kegiatan
e.    Sistem nilai-nilai
f.    Sistem kekuasaan
g.    Pengaruh kebudayaan daerah dan nasional
h.    Tokoh-tokoh yang menarik
i.    Dan lain-lain.
Hingga saat ini hubungan antara sekolah dan masyarakat masih sangat minim oleh sebab pendidikan sekolah dipandang terutama sebagai persiapan untuk kelanjutan pelajaran. Usaha terpenting yang dapat dilakukan sekolah ialah menhubungkannya dengan masyarakat dengan menjadikan masyarakat itu sebagai sumber pelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar