BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode pendidikan menjadi hal penting karena kenyataannya materi penididikan tiada mungkin dipelajari secara efisien, kecuali disampaikan dengan cara-cara tertentu. Ketiadaan metode pendidikan yang efektif, bakal menghambat atau membuat secara sia-sia waktu dan upaya pendidikan.
Yang kita ketahui, pengajaran pada sekolah yang memrioritaskan hafalan teks, berbeda dengan pengajaran pada sekolah yang memprioritaskan hafalan teks, berbeda dengan pengajaran pada sekolah yang menekankan prioritas bagi pemahaman.
Dalam metode pendidikan ada tiga aspek esensial yang menghubungkan kerja seorang guru berdedikasi, yang penuh tanggung jawab sebagai seoranng muslim. Yang pertama yakni sifat metode dan relevansinya dengan sasaran atau tujuan utama pendidikan Islam, yakni memebentuk pribadi beriman yang menyerahkan diri kepada Allah. Aspek kedua berurusan dengan metode pengajaran aktual yang disebut dalam al-Qur’an atau yang mungkin diderivasi darinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan strategi pendidikan?
2. Bagaimana ma’anil mufradat dari ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan strategi pendidikan?
3. Apa terjemah dari ayat yang berkaitan dengan strategi pendidikan?
4. Bagaiman pendapat munfasir terkait ayat yang berkaitan dengan strategi pendidikan?
5. Apa pendapat penulis tentang ayat yang berkaitan dengan strategi pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1 Untuk mengetahui ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan strategi pendidikan.
2 Untuk mengetahui ma’anil mufradat dari ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan strategi pendidikan.
3 Untuk mengetahui terjemah dari ayat yang berkaitan dengan strategi pendidikan.
4 Untuk mengetahui pendapat munfasir terkait ayat yang berkaitan dengan strategi pendidikan.
5 Untuk mengetahui pendapat penulis tentang ayat yang berkaitan dengan strategi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat Al Qur’an Tentang Strategi Pengajaran.
Surah al-A’raf ayat 176
• •
Surah Ibrahim ayat 24-25
• ••
Surah al-Ahzab ayat 2
•
Surah al-An’am ayat 76-78
B. Terjemah Surah
Surah al-A’raf ayat 176
Artinya: Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
Surah Ibrahim ayat 24-25
24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
25. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
[786] termasuk dalam Kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti Laa ilaa ha illallaah.
Surah al-Ahzab ayat 2
Artinya: Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Surah al-An’am ayat 76-78
76. Ketika malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada
77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, Pastilah Aku termasuk orang yang sesat."
78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, Ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
C. Ma’anil Mufrodat
Surah al-A’raf ayat 176
Ayat Arti Mufrodat
وَلَوْ شِئْنَا Dan kalau kami menghendaki
لَرَفَعْنَا Sesungguhnya kami tinggikan
هُ (derajat)nya
بِهَا dengan ayat-ayat itu
وَلَكِنَّهُ tetapi dia
أَخْلَدَ Cenderung
وَاتَّبَعَ Menurutkan
هَوَاهُ hawa nafsunya
فَمَثَلُهُ Maka perumpamaannya
كَمَثَلُ Seperti
الْكَلْبِ Anjing
إِنْ تَحْمِلْ jika kamu menghalaunya
يَلْهَثْ diulurkannya lidahnya
أَوْ تَتْرُكْهُ dan jika kamu membiarkannya
الْقَوْمِ orang-orang (Kaum)
كَذَّبُوْا mendustakan
بِئَايَاتِنَا ayat-ayat kami
فَاقْصُصِ Maka Ceritakanlah (kepada mereka)
الْقَصَصَ kisah-kisah itu
لَعَلَّهُمْ agar mereka
يَتَفَكَّرُوْنَ Berfikir
Surah Ibrahim ayat 24-25
Ayat Arti Mufrodat
أَلَمْ تَرَ Tidakkah kamu perhatikan
ضَرَبَ اللهُ Allah Telah membuat
مَثَلاً Perumpamaan
كَلِمَةً Kalimat
طَيِّبَةً yang baik
كَشَجَرَةٍ seperti pohon
أَصْلُهَا Akarnya
ثَابِتٌ teguh
وَفَرْعُهَا dan cabangnya (menjulang)
فِي السَّمَآءِ ke langit
تُؤْتِي Pohon itu memberikan
أُكُلَهَا Buahnya
كُلَّ حِينٍ pada setiap musim
بِإِذْنِ dengan seizin
وَيَضْرِبُ Allah membuat itu
اْلأَمْثَالَ perumpamaan-perumpamaan
لِلنَّاسِ untuk manusia
لَعَلَّهُمْ supaya mereka
يَتَذَكَّرُونَ selalu ingat
Surah al-Ahzab ayat 2
Ayat Arti Mufrodat
وَاتَّبِعْ Dan ikutilah
مَايُوحَى apa yang diwahyukan
إِلَيْكَ Kepadamu
إِنَّ اللهَ Sesungguhnya Allah
بِمَا تَعْمَلُونَ apa yang kamu kerjakan
خَبِيرًا Maha mengetahui
Surah al-An’am ayat 76-78
Ayat Arti Mufrodat
فَلَمَّا جَنَّ Ketika Telah gelap
الَّيْلُ Malam
رَءَا dia melihat
كَوْكَبًا sebuah bintang
قَالَ (lalu) dia berkata
هَذَا رَبِّي Inilah Tuhanku
فَلَمَّآأَفَلَ tetapi tatkala tenggelam
لآأُحِبُّ Saya tidak suka
اْلأَفِلِينَ kepada yang tenggelam
فَلَمَّا رَءَا Kemudian tatkala dia melihat
الْقَمَرَ Bulan
بَازِغًا Terbit
فَلَمَّا أَفَلَ Terbenam
لَئِن لَّمْ يَهْدِنِي tidak memberi petunjuk kepadaku
لأَكُونَنَّ Pastilah Aku termasuk
مِنَ الْقَوْمِ الضَّآلِينَ Dari orang yang sesat
الشَّمْسَ Matahari
هَذَآ أَكْبَرُ lebih besar
فَلَمَّآ أَفَلَتْ Maka tatkala matahari itu terbenam
يَاقَوْمِ Hai kaumku
إِنِّي Sesungguhnya Aku
بَرِىءٌ berlepas diri
مِّمَّا تُشْرِكُونَ dari apa yang kamu persekutukan
D. Pendapat Munfasir
Surah al-A’raf ayat 176
Pesan mencolok, Nampak dalam surah al-a’raf ayat 176, menyebutkan kisah peghancuran bangsa-bangsa lampau dengan disertai perintaah agar kita memperunakan dan hati dengan benar.
Surah Ibrahim ayat 24-25
Ayat tersebut mengajak siapapun yang dapat merenung dan memperhatikan dengan menyatakan: “Tidakkah engkau melihat yakni memperhatikan bagaimana allah tela membuat permpamaan kalimat yang baik ?” kalimat tersebut seperti pohon yang baik, akarnya yang teguh menghujam ke bawah sehingga tidak dapat dirobohkan oleh angin dan cabangnya tinggi menjulang ke langit yakni ke atas. Ia memberikan buahnya pada setiap waktu yakni musim dengan seizin Tuhannya, sehingga tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalagi pertumbuhan dan hasilnya yang memuaskan.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan yakni dengan memberikan contoh dan pemisalan untuk manusia, agar makna abstrak dapat di tangkap melalui hal-hal kongkret sehingga mereka selalu ingat. Sementara dari ulama membahs pohon apakah yang dimaksud? Ada yang berpendapat bahwa itu adalah pohon kurma seperti hadist yang diriwayat kan oleh Bukhari, Muslim Dan Tirmidzi. Rasul bersabda “pohon itu adalah pohon kurma”.
Disamping itu, ulama juga berpendapat tentang apa yang dimaksud dengan kalimat yang baik. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah kalimat tauhid, atau iman, bahkan ada yang memahaminya menunjuk kepada pribadi seorang mukmin.
Dalam tafsir al-Maraghi perumpamaan yang baik dan yang buruk diungkapkan bahwa mengucap kalimat “Laa Ilaha Illa I-Lah”,, dibawalah ucapan itu naik ke langit, lalu datanglah berrkah dan kebaikannya.
Allah mengumpamakan kalimat iman dengan sebuah pohon yang akarnya tetap kokoh didalam tanah dan cabangnya menjulang tinggi ke udara, sedang pohon itu berbuah pada setiap muusim. Hal tersebut disebabkan apabila hidayah telah bersemayam di dalam satu kalbu, maka akan melimpah kepada yang lain dan memenuhi banyak kalbu, seakan sebuah pohon yang bebuah pada setiap musim, karena buahnya tidak pernah terputus. Setiap kalbu menerima dari kalbu serupa dan mengambil dengan cepat, lebih cepat darri kobaran api pada kayu bakar yang yang kering, atau aliran listrik pada logam, atau cahaya pada ether.
Allah membuat perumpamaan-peumpamaan yakni memberikan contoh dan permisalan untuk manusia supaya dengan demikian makna-makna abstrak dapat ditangkap melalui hal-hal kongkrite sehingga mereka selalu ingat. Setelah member perumpamaan tenyang kalimat yang baik, dilanjutkannya dengan member perumpamaan kalimat yang buruk, yaitu dan perumpamaan yang seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap tegak sedikitpun demikianlah keadaan kalimat yang buruk, walau kelihatan ada wujudnya tetapi itu hanya sementara lagi tidak akan menghasilkan buah.
Sementara ulama membahas pohon apakah yang dimaksud sebagai perumpamaan kalimat yang baik itu. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah pohon kurma. Berdasar satu riwayat yang menyatakan (Abdullah) putra umar ra. Berkata bahwa suatu ketika kami berada disekeliling rosulullah saw. Lalu beliau bersabda: “ beritahulah aku tentang sebuah pohon yang serupa dengan seorang muslim, memberikan buahnya kepada setiap muslim” putra umar berkata: “terlintas dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat abu bakar dan umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara dan ketika rosul saw. Tidak mendengar jawaban dari hadirin, beliau bersabda; pohon itu adalah pohon kurma beliau berkata mengapa engkau tidak menyampaikannya? Aku menjawab: aku tidak melihat seorangpun berbicara, maka aku pun segan berbicara. Umar RA. Berkata: seandainya engkau menyampaikannya maka sungguh itu lebih ku sukai dari ini dan itu. HR Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi dll.
Surah al-Ahzab ayat 2
Dalam pengembangan karakter , manusia dilahirkan degan membawa fitrah baik, ini tentu saja mempunyai implikasi praktis bagi metode pendidikan yang akan diterapkan oleh guru. Sebagai pendidik muslim yang berkepntingan mengarahkan siswa, secara particular//khusus, berkepentingan membentuk pribadi. Peranya tidak terbatas pada menyusun situasi belajar, dan kemudian membiarkan siswa menentukan pilihannya sendiri, tanpa emikirkan akbatnya. Bila ternyata muridnya memilih jalan yang salah, maka dia tidak boleh tinggal diam. Nabi saw, yang menyatakan misinya sebagi mu’allim (Muslim, 1377 H; jilid II:763), pernah merasa susah denagn misinya akibat respon negative penduduk Mekkah. Istila ‘bakhi’ yang disebut dalam alQur’an (QS 18:6) yang menunjukkan kesukaran psikologis, dapat difahami berarti self destruction.
Menurut Zamakhsyari, perasaan nabi saat itu dapat disamakan dengan orang yang kehilangan saudara yang dicintainya. Dalam surah at-taubah ayat 128 , nabi digambarkan sebgai orang yang penuh kasih saying terhadap seorang mu’min. sehingga nabi diisebur mu’alim, sebagi teladan yang baik yang telah disebutkan dalam surah al-ahzab ayat21.
Dengan demikian seorang guru muslim terlibat dalam membentuk pribadi dan merasa susah jika muridnya gagal mencapai standard yang diinginkan.
Ayat diatas menyatakan: hai nabi, bertakwalah kepada allah yakni pertahankan dan tingkatkanlah ketaqwaan yang selama ini engkau lakukan dengan melaksanakan perintah allah dan menjauhi larangannya dan janganlah engkau mematuhi keinginan orang-orang kafir yang bermaksud mengalihkan mu dank au muslimin dari ketaatan kepada allah dan jangan juga mengikuti kehendak orang-orang munafik yang hanya mencari keuntungan material tanpa menghiraukan nilai-nilai agama. Sesungguhnya Allah adalah maha mengetahui segala sesuatu lagi maha bijaksana, tidak mungkin dia menyampaikan sesuatu yang salah atau melaksanakan sesuatu yang tidak tepat. Karena itu, perhatikanlah firman-firmanNya dan ikutilah secara sungguh-sungguh apa yang diwahyukan tuhan pemeliharaan dan pembimbingmu yang disampaikanNya secara sangat lemah lembut kepadamu sebagai pertanda kasihNya. Sesungguhnya Allah adalah maha mengetahui apa yang kamu semua kerjakan baik kamu yang taat, maupun yang durhaka, karena itu tidak usah merisaukan gangguan kaum kafir dan munafik dan bertawakallah kamu yakni berserah dirilah kepada Allah, setelah melakukan upaya maksimal, karena ketika itu Dia akan membela dan memeliharamu dan cukuplah Allah sebagai pemelihara dirimu dan semua orang-orang beriman. Jangan bagi hatimu kepada selainNya.
Surah al-An’am
Berbeda pendapat para ulama tentang kandungan ayat ini dan ayat berikut, apakah dia menggambarkan proses pemikiran nabi Ibrahim.as yang sebenarnya hingga beliau menemukan allah swt. Tuhan seru sekalian alam yang maha esa itu, atau ini cara yang beliau tempuh untuk membuktikan kesesatan kaumnya. Dari segi hubungan ayat ini, kita dapat berkata bahwa ayat ini dan ayat-ayat mendatang merupakan sebagian dari bimbingan allah swt. Yang disinggung oleh ayat yang lalu.
Kata(كو كبا) kaukaban / bintang dalam firmannya ra’kaukaban / melihat bintang berbentuk infiden. Sehingga makna, nabi Ibrahim ketika itu boleh jadi menunjuk ke salah satu dari ribuan binatang yang ada dilangit, tetapi atas dasar bahwa kaumnya shabiah penyembah bintang venus serta cara ucapanya yang menunjuk bintang inillah tuhanku, maka agaknya beliau saat itu menunjuk ke bintang keora atau venus yang disembah kaumnya itu. Apalagi bintang itu merupakan bintang yang paling indah dan cemerlang, sehingga menarik perhatian siapa yang mengarahkan pandangannya kelangit.
Firman-Nya . dapat juga dipahami kata suka dalam arti yang sebenarnya, yaitu kecenderungan hati pada sesuatu. Dengan demikian, pernyataan beliau ini mengisyaratkan bahwa sesuatu yang disembah seharusnya dikagumi dan dicintai, sehingga yang tidak mencintai sesuatu tidaklah wajar mengabdi kepadanyya.
Kata al / yang tenggelam adalah bentuk jamak yang digunakan menunjuk kepada yang berakal. Ini agaknya sengaja dipilih oleh Ibrahim as. Karena penyembah bintang dan benda angkasa menduga bahwa benda-benda tersebut memiliki akal, pengetahuan dan kehendak.
Bintang yang cahayanya sangat kecil dalam pandangan mata telanjang manusia dibumi ini – tidak wajar dipertuhankan nabi Ibrahim as. Mengalihkan pandangan kepada sesuatu yang cahaya nya terlihat lebih terang. Maka tatkala dia melihat bulan terbit pada awal waktu terbitnya, bagaikan sesuatu yang membelah kegelapan malam dia berkata “inilah dia tuhanku yang kcari” tetapi setelah bulan itu terbenam, dia pun tidak puas dan menialai bulan tidak wajar dipertuhankan dengan alasan yang sama.
Tatkala ia yakni matahari itu telah tenggelam, yakni dikalahkan cahayanya oleh kegelapan malam, dia berkesimpulan sebagaimana kesimpulannya ketika melihat bintang dan bulan tenggelam dan dia berkata: hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas diri dari penyembahan bintang, bulan, matahari dan apa saja yang kamu persekutukan dengan tuhan yang maha esa, tuhan yang sesungguhnya.
E. Pendapat Penulis
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis esar halauan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang ttelah ditentukan. Apabila dihubungkan dengan pola belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan guru anak didik dalam mencapai tujuan yang telah digariskan.
Strategi dalam pembelajaran ada empat yakni, mengidentifikai perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang dirapkan, memilih sisstem dalam pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan peganagn oleh guru dalam menunaiikan kegiatan mengajarnya, dan menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman untuk evaluasi.
Peran penting (prominen) yang diberikan pendidik muslim, mungkin menyalahi aturan para pemikir pendidikan yang beranggapan bahwa siswa harus diberi kebebasan lebih dalam menentukan apa yang hendak dipelajarinya. Mungkin akan dikatakan bahwa seorang guru yang secara emosional, terlibat pembentukan pribadi siswa biaanya cenderung memaksakan gagasan pribadinya atas siswanya. Kemauan siswa diabaikan atau dengan kata yang lebih halus, dinomor duakan. Seorang pendidik muslim yang penuh kasih saying yang menganugerahkan segenap upayanya untuk mengembangkan pribadi yang sempurna, mungkin pula dipandang sebagai pribadi yang otoriter yang tidak memberikan perhatian kecuali sedikit terhadap motivasi dalam diri siswanya.
Untuk menjawab masalah tersebut, kita tunjukkan interelasi antara guru dengan murid. Pasti muncul dalam setiap sekolah, tanpa memperdulikan teori pendidikan yang dianutnya. Guru pasti mempunyai pengaruh yangtidak dapat ditolak pada murid-muridnya, apapun yang dia lakukan. Seorang guru yang akan melkukan interaksi kontak dengan muridnya, pasti akan menimbulkan respon tertentu, positif maupun negatif.
F. Asbabun Nuzul
Ketika itu orang-orang makkah, diantaranya walid bin mughilah dan syibah bin robi’ah, mengajak rosulullah saw. Untuk meninggalkan dakwahnya dengan perjanjian akan diberi setengah dari harta benda yang mereka miliki. Sementara orang-orang munafik dan yahudi madinah menakut-nakuti rosulullah dengan ancaman akan membunuh manakala tidak bersedia berhenti dari dakwahnya. Sehubungan dengan itu maka, allah swt. Menurukan ayat ke 1-3 sebagai peringatan bagi rosulullah agar tidak mengikuti ajakan orang-orang kafir munafik. (HR. jawaibir dari ibnu abbas)
G. Implementasinya dalam Kehidupan Sehari - Hari
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum Orang yang berjiwa luhur dan pemikir besar adalah orang yang memiliki kalimat yang baik:ilmu mereka memberikan nikmat dan rezeki kepada umat mereka di dunia. Ilmu mereka tetap kokoh didalam hati mereka sedang cabangnya menjalar ke alam-alam tertinggi atau alam terendah, dan pada setiap masa memberikan buahnya kepada putra-putra bangsa mereka atau putra bangsa lain. Orang-orang mu’min meggunakannya sebagai petunjuk jalan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, 1988, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: CV. Toha Putra
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta
Hamka, 2007, Tafsir Al-Azhar juz VII-VIII, Jakarta: Pustaka Panji Mas Jakarta
Quthb Sayyid, 2002, Tafsir Fi Zhifalil Qur’an jilid 4, Jakarta: Gema Insani Perss
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, 2002, Jakarta: Lentera Hati
Shihab, M. Quraish, 2003, Tafsir Al-Mishbah volume 11. Jakarta: Lentera Hati
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Misbah Vol 4. Cet 8. 2007 . Jakarta: Lentera Hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar